Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Diramal Kembali Lesu Pekan Depan

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda ditutup melemah 30 poin atau 0,21 persen di level 14.532 pada akhir pekan lalu, Jumat (2/7/2021).
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah diprediksi akan melanjutkan tren negatifnya pada perdagangan pekan mendatang.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam laporannya mengatakan nilai tukar rupiah akan kembali terkoreksi pada perdagangan Senin (5/7/2021) besok.

“Rupiah kemungkinan dibuka fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.520 - Rp14.570,” katanya dalam risetnya pada Minggu (4/7/2021).

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda ditutup melemah 30 poin atau 0,21 persen di level 14.532 pada akhir pekan lalu, Jumat (2/7/2021).

Tak hanya rupiah, mayoritas mata uang Asia lainnya juga melemah. Baht Thailand melemah paling dalam yakni 0,49 persen, diikuti dolar Taiwan yang melemah 0,38 persen dan rupee India melemah 0,34 persen.

Nasib serupa juga dialami yuan China yang terdepresiasi 0,21 persen, peso Filipina -0,20 persen, ringgit Malaysia -0,15 persen, dan dolar Singapura -0,11 persen.

Sementara itu di saat yang sama indeks dolar di pasar spot terpantau menguat 0,02 poin atau 0,03 persen ke level 92,62.

Menurut Ibrahi, pada perdagangan pekan lalu, investor cenderung menghindari taruhan besar menjelang rilis data ketenagakerjaan AS yang dapat mempengaruhi sikap hawkish Federal Reserve AS baru-baru ini terhadap kebijakan moneter.

Di sisi lain, Ibrahim menyebut beberapa investor sekarang memperkirakan bahwa imbal hasil obligasi pemerintah AS akan tetap lemah atau terus melemah pada paruh kedua tahun 2021.

Adapun dari dalam negeri, dia menilai pelaku pasar mengapresiasi kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Pulau Jawa dan Bali guna memitigasi meluasnya persebaran varian baru Covid-19.

Menurutnya, langkah tersebut sejalan dengan prasyarat pemulihan ekonomi yang telah digadang-gadang baik oleh pemangku jabatan/stakeholder maupun masyarakat secara luas bahwa pengendalian pandemi merupakan prasyarat utama guna menuju langkah berikutnya yaitu pemulihan ekonomi.

“Kebijakan Ini yang pasar selalu apresiasi tentang kinerja pemerintah yang terus proaktif guna untuk menekan laju varian baru covid-19. Apalagi Presiden Joko Widodo turun langsung dalam penanganan PPKM Mikro Darurat dan Vaksinasi,” tulisnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper