Bisnis.com, JAKARTA – Analis memprediksi pasar surat utang khususnya Surat Utang Negara (SUN) pada paruh akhir tahun ini akan lebih suportif karena beberapa faktor.
Director & Chief Investment Officer Fixed Income Manulife Aset Manajemen Ezra Nazula menyebutkan faktor yield atau imbal hasil US Treasury yang stabil menjadi salah satu faktor penyokong pasar SUN di Indonesia.
Kemudian pada semester II/2021, Ezra memperkirakan suku bunga global maupun domestik tetap di level rendah yang ditambah dengan tingginya likuiditas di dalam negeri.
Terkait dengan melonjaknya kasus Covid-19 di Indonesia, Ezra menilai tindakan pemerintah melakukan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat merupakan langkah yang tepat.
Menurutnya, langkah tersebut adalah salah satu upaya untuk menjaga keyakinan dan persepsi investor atas pasar obligasi. Dampak itu pun terlihat dari yield SUN atau surat berharga negara (SBN) tidak goyah atau tetap setelah pengumuman PPKM Darurat tersebut.
“Dengan faktor-faktor di atas kami proyeksikan yield SBN dapat turun ke level 6 persen, dan bahkan dapat turun dibawah 6 persen pada saat inflow asing kembali masuk ke pasar obligasi,” ungkap Ezra kepada Bisnis, Jumat (2/7/2021).
Pasar SUN selama semester pertama 2021 menurutnya bergerak volatile, khususnya pada kuartal I/2021 yang ditandai dengan melonjaknya imbal hasil US Treasury dari 0,9 persen ke 1,7 persen.
Hal itu kemudian membuat imbal hasil SBN untuk jangka 10 tahun turut melonjak ke 6,8 persen. Tetapi dengan stabilnya yield US Treasury pada kuartal II/2021, maka terjadi perbaikan di pasar SUN Tanah Air dan imbal hasil pun kembali turun di bawah 6,5 persen.
Sebelumnya, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), Minggu (4/7/2021) total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat sepanjang 2021 adalah 36 emisi dari 29 emiten senilai Rp39,78 triliun.
Dengan pencatatan ini, total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 466 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp422,43 triliun dan US$47,5 juta, diterbitkan oleh 126 Emiten.
Selanjutnya, Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 150 seri dengan nilai nominal Rp4.282,62 triliun dan US$400 juta. Efek Beragun Aset (EBA) sebanyak 11 emisi senilai Rp6,39 triliun.