Bisnis.com, JAKARTA – Emiten rokok, PT Bentoel International Investama Tbk. pada kuartal pertama tahun ini berhasil mengurangi rugi bersih, tetapi mengalami pengurangan penjualan. Tahun 2021 pun menjadi tahun yang menantang bagi perseroan.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2021, perseroan berkode saham RMBA tersebut berhasil menyusutkan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 83,59 persen, dari Rp43,29 miliar pada periode yang sama tahun 2020 menjadi Rp7,10 miliar pada kuartal I/2021.
Namun dari sisi laba kotor, perseroan justru mengalami penurunan laba pada tiga bulan pertama tahun ini menjadi Rp269,23 miliar, sementara pada periode yang sama tahun sebelumnya perseroan mencatatkan laba kotor sebesar Rp501,15 miliar.
Presiden Direktur Bentoel International Investama Steven Gerald Pore dalam acara paparan publik di Kantornya, Jakarta Selatan menyebutkan bahwa tahun ini maupun tahun 2020 perseroan menghadapi tahun-tahun penuh tantangan.
Bukan hanya pandemi Covid-19, industri tembakau menurut Steven pada 2021 menghadapi kenaikan tarif cukai dan harga jual eceran yang tertinggi dalam sejarah.
Dia menjelaskan, kurangnya tingkat prediktabilitas peraturan, meningkatnya perdagangan rokok ilegal serta minimnya insentif untuk mendorong investasi telah memberikan tekanan yang besar bagi industri tembakau secara keseluruhan.
Baca Juga
“Kami sangat berharap agar pemerintah dapat lebih memperhatikan keberlangsungan industri tembakau dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan serta regulasi berimbang bagi seluruh pemangku kepentingan,” ungkap Steven pada acara paparan publik, Jumat (2/7/2021).
Perhatian pemerintah tersebut menurutnya diperlukan mengingat industri tembakau saat ini membutuhkan waktu untuk melakukan pemulihan atas turunnya penjualan yang cukup signifikan.
RMBA pada kuartal pertama tahun ini mencatatkan penurunan penjualan sebesar 43,80 persen dari Rp4,07 triliun pada kuartal I/2020 menjadi Rp2,29 triliun pada kuartal I/2021. Di mana sebagian besarnya Rp2,02 triliun masuk dalam beban pokok penjualan yang kemudian menyebabkan penurunan laba kotor perseroan.
Penjualan dilakukan perseroan dilakukan melalui pihak ketiga seperti entitas anak maupun pihak berelasi yang dilakukan di dalam maupun luar negeri melalui bahan baku rokok seperti tembakau maupun produk rokok sendiri.
Terlepas dari tantangan dan penurunan penjualan, Steven mengungkapkan puas dengan performa perseroan terutama di bidang ekspor pada tahun 2020 yang mengaku akan melanjutkan program tersebut pada tahun-tahun berikutnya.
Walau mengaku puas pada kinerja perseroan pada dua kuartal dan optimis di sisa tahun ini, Steven mengakui kinerja RMBA akan sangat bergantung pada konsumen dan juga situasi Covid-19.