Bisnis.com, JAKARTA – Emiten rokok PT Bentoel International Investama Tbk. (RMBA) merugi pada 2020 dan mengalami pengurangan penjualan. Namun emiten berkode saham RMBA tersebut mengaku masih optimis dengan perbaikan kinerja di tahun ini.
Direktur Bentoel International Investama Faisal Saif mengungkapkan secara keseluruhan pada 2021 kondisi perseroan memang dalam situasi penuh tekanan.
“Tapi dengan berbagai pertimbangan, kita selalu mengambil langkah lebih dulu dibandingkan dengan kompetitor kita, di mana kita telah menaikkan harga. Dan sebagai akibatnya margin kita berada di dalam posisi yang jauh lebih baik,” ungkap Faisal dalam paparan publik, Jumat (2/7/2021).
Berdasarkan laporan keuangan perseroan dan entitas anak konsolidasian, pada 2020 perseroan mengalami penurunan penjualan sebesar 33,33 persen. Pada tahun 2019, perseroan membukukan penjualan sebesar Rp20,83 triliun, sementara pada tahun 2020 tercatat penjualan sebesar Rp13,89 triliun.
Sementara beban pokok penjualan pada 2020 tercatat sebesar Rp12,50 triliun yang menyebabkan laba kotor perseroan pun berkurang menjadi Rp1,39 triliun pada tahun 2020.
Oleh sebab itu, perseroan kemudian berbalik rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada tahun 2020 menjadi Rp2,66 triliun. Sedangkan pada tahun sebelumnya perseroan masih bisa mencatatkan laba sebesar Rp50,61 miliar.
Baca Juga
Selanjutnya perseroan mencatatkan penurunan aset dari Rp17,00 triliun pada tahun 2019 menjadi Rp12,46 triliun pada tahun 2020. Adapun ekuitas perseroan juga mengalami penurunan dari Rp8,40 triliun menjadi Rp5,71 triliun.
Total liabilitas perseroan pun juga mengalami penurunan, tetapi pada bagian liabilitas jangka panjang justru mengalami kenaikan menjadi Rp2,99 triliun pada 2020, sedangkan pada tahun 2019 tercatat Rp2,52 triliun.
Lebih lanjut Presiden Direktur Bentoel International Investama Steven Gerald Pore mengungkapkan perseroan telah berhasil melakukan ekspor produk-produk perseroan berkualitas tinggi ke 23 negara di Asia Pasifik dan Timur Tengah yang nilainya mencapai Rp2,9 triliun pada 2020.
Dia kemudian menjelaskan bahwa negara tujuan ekspor perseroan telah mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, dari 20 negara pada 2019. Peningkatan penjualan ekspor ini menurutnya berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan ekspor negara dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Sementara itu, kondisi ekspor tahun ini menurutnya bergantung pada regulasi dari pemerintah dan juga kondisi pandemi Covid-19. Dia mengungkapkan tahun 2021, perseroan akan menghadapi tantangan di industri tembakau.
Adapun tiga negara terbesar tujuan ekspor perseroan adalah Jepang yang menurutnya perseroan dipilih berdasarkan kualitas produk perseroan. Lalu juga Malaysia di mana semua produknya berasal dari pabrik rokok yang berada di Malang. Selain itu negara tujuan ekspor besar lainnya adalah New Zealand dan juga Australia.
Di antaranya kenaikan tarif cukai dan harga jual eceran (HJE) yang tertinggi dalam sejarah, kurangnya tingkat prediktabilitas peraturan, meningkatnya perdagangan rokok ilegal serta minimnya insentif untuk mendorong investasi.
“Kami akan terus lanjutkan kegiatan ekspor tapi ini semua tergantung pada insentif ekspor dan keadaan regulasi juga yang akan mendukung kegiatan ekspor ini nantinya,” ungkap Steven.
Pada acara paparan publik tersebut, perseroan juga mengumumkan bahwa emiten tersebut telah melaksanakan rapat umum pemegang saham (RUPS) di hari yang sama dan mengumumkan perubahan salah seorang direktur.
Posisi Mercy Francisca Sinaga sebagai Direktur perseroan digantikan oleh Dinar Shinta Ulie yang juga ikut dalam paparan publik Jumat ini. Mercy disebutkan perseroan telah mengundurkan diri, sehingga pemegang saham menyetujui mengangkar Dinar sebagai direktur perseroan.
Pada paparan publik tersebut juga dijelaskan bahwa perseroan akan melakukan vaksinasi untuk seluruh karyawannya. Sebelumnya, pada Rabu (30/6/2021), RMBA telah melakukan vaksinasi terhadap 1.250 karyawan di pabrik yang berlokasi di Jalan Raya Karanglo, Malang, Jawa Timur.