Bisnis.com, JAKARTA - PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST), pengembang Kawasan Industri MM2100, pada tahun ini menargetkan pendapatan Rp700 miliar dengan membidik industri yang tahan banting pandemi Covid- 19.
Sejumlah sektor yang dinilai potensial dan tahan banting terhadap pandemi Covid-19 tersebut antara lain seperti sektor data center, logistik, healthcare serta food & beverages.
Direktur Utama PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk, Yoshihiro Kobi mengatakan dengan pengalaman pengembangan kawasan industri lebih dari 30 tahun, perseroan tetap percaya akan potensi kebutuhan pelaku bisnis atas kawasan industri yang profesional dan dapat diandalkan, terutama di Kawasan Industri MM2100 Bekasi.
"Strategi perseroan adalah terus fokus pada bisnis kawasan industri dan akan melanjutkan pengembangan, termasuk sarana dan fasilitas dan memanfaatkan pembangunan infrastruktur di sekitarnya, untuk meningkatkan nilai kawasan," ujarnya, secara resmi seperti dikutip, Rabu (30/6/2021).
Seperti yang diketahui Kawasan MM210 akan dilewati oleh JORR II Cibitung – Cilincing dan para penghuni kawasan akan mendapatkan keuntungan dari penambahan akses dan konektivitas di MM2100.
Selain itu Kawasan MM2100 juga akan mendapatkan manfaat dari rencana infrastruktur pemerintah ke depan seperti LRT, Tol Jakarta-Cikampek Selatan, proyek perluasan Tanjung Priok dan pembangunan Pelabuhan Patimban.
Menurut Yoshihiro, meskipun kondisi perekonomian dalam proses pemulihan namun pandemi Covid-19 belum berakhir. Perseroan menargetkan marketing sales seluas 10-15 hektar dengan harga rata-rata penjualan Rp2,6 juta-Rp3,2 juta/m2.
Perseroan telah menambah marketing sales lahan industri di kuartal I-2021 seluas 0,5 ha dan menargetkan pertumbuhan recurring income yang stabil pada sisa tahun berjalan.
"Target pasar perseroan terutama pada industri-industri yang relatif tahan terhadap dampak pandemi seperti industri data center, logistik, healthcare dan food & beverages," terangnya.
Hingga akhir 2020, emiten Bursa Efek Indonesia berkode saham BEST ini tercatat memiliki lahan seluas 1.040 hektar secara gross, sementara secara nett seluas 640 ha.
Perseroan akan tetap berupaya meningkatkan luas landbank dengan melakukan akuisisi lahan di tahun ini. Terkait itu, BEST mengalokasikan belanja modal (Capex) sebesar Rp300 miliar hingga Rp350 miliar.
Selain untuk akuisisi lahan, belanja modal digunakan untuk pembangunan infrastruktur kawasan industri. Meski menurut Kobi alokasi capex akan sangat tergantung dengan performa penjualan serta arus kas perseroan.
“Hingga akhir Mei kami sudah membelanjakan Capex sebesar Rp55 miliar atau 11% dari target alokasi capex 2021,” ungkapnya.
Terkait kinerja di kuartal I-2021, perseroan telah mencatatkan marketing sales seluas 0,5 ha dengan harga jual rata-rata Rp3 juta per ha. Total penjualan yang dicatatkan per Maret 2021 sebesar Rp36 miliar, dengan laba kotor Rp16 miliar.
Posisi EBITDA mesih positif pada angka Rp 500 juta dengan perolehan rugi bersih Rp115 miliar.
Sementara itu pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar Rabu (30/6/2021), menyetujui perubahan susunan Dewan Komisaris dan Direksi.
Komisaris Utama merangkap Komisaris Independen I Gusti Putu Suryawirawan, Wakil Komisaris Utama merangkap Komisaris Independen Herbudianto, Komisaris Independen Wahyu Hidayat, dan Komisaris Hartono.
Sementara untuk jajaran Direksi, yakni Direktur Utama Yoshihiro Kobi, Wakil Direktur Utama Leo Yulianto Sutedja, Direktur Daishi Asano, Direktur Swan Mie Rudy Tanardi.