Bisnis.com, JAKARTA – Hasil lelang Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa (22/6/2021) menghasilkan penawaran sebesar Rp69,95 triliun.
Jumlah penawaran yang masuk pada hari ini mengalami penurunan sebesar 10,83 persen dibandingkan dengan hasil penawaran SUN sebelumnya yang mengumpulkan sebesar Rp78,45 triliun.
Berdasarkan data dari laman Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, SUN seri FR0087 masih menjadi incaran investor dengan jumlah penawaran yang masuk sebesar Rp27,81 triliun. Seri akan jatuh tempo pada 15 Februari 2031 ini dimenangkan sebesar Rp12,60 triliun
Sementara itu, Seri FR0086 yang jatuh tempo pada 15 April 2026 menjadi SUN dengan jumlah peminat terbanyak kedua pada lelang hari ini. Dari penawaran sebesar Rp24,29 triliun, pemerintah memenangkan Rp9,45 triliun.
Adapun dari tujuh seri yang ditawarkan, secara akumulasi pemerintah memenangkan Rp30 triliun.
Sebelumnya, VP Economist Bank Permata Josua Pardede mengatakan, hasil lelang SUN hari ini akan sulit mengulangi tren positif pada beberapa lelang sebelumnya yang menunjukkan kenaikan penawaran.
Baca Juga
Josua menjelaskan, imbal hasil (yield) SUN di pasar sekunder cenderung meningkat dalam beberapa hari terakhir. Hal ini dipengaruhi oleh pengumuman FOMC bulan Juni minggu lalu saat The Fed mengindikasikan normalisasi kebijakan moneternya.
"Hal ini dilakukan dengan tapering pembelian obligasi AS dan kenaikan suku bunga Fed pada tahun 2023 mendatang," katanya saat dihubungi Bisnis pada Senin (21/6/2021).
Seiring dengan tren kenaikan yield, tingkat permintaan imbal hasil pada lelang hari ini berpotensi akan lebih tinggi dibandingkan permintaan yield dari investor pada lelang SUN 2 minggu yang lalu.
Sementara itu, sejalan dengan sentimen risk-off di pasar keuangan negara berkembang dalam beberapa hari terakhir ini, Josua memprediksi angka penawaran pada lelang hari ini tidak akan setinggi beberapa lelang sebelumnya.
Menurutnya, pemerintah kemungkinan besar akan lebih memilih untuk memenangkan yield yang kompetitif.
"Lelang SUN hari ini diproyeksikan berada pada kisaran Rp50 triliun - Rp60 triliun," katanya.
Seri | Jatuh Tempo | Penawaran Masuk | Jumlah Dimenangkan | Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan |
SPN03210922 | 22 September 2021 | Rp2,11 triliun | Rp1 triliun | 3,14% |
SPN12220331 | 31 Maret 2022 | Rp1,97 triliun | Rp1,45 triliun | 3,32% |
FR0086 | 15 April 2026
| Rp24,29 triliun | Rp9,45 triliun | 5,45%
|
FR0087 | 15 Februari 2031 | Rp27,81 triliun | Rp12,60 triliun | 6,38%
|
FR0088 | 15 Juni 2036 | Rp2,32 triliun
| Rp700 miliar | 6,37%
|
FR0083 | 15 April 2040 | Rp9,29 triliun | Rp4,15 triliun | 7,04% |
FR0089 | 15 Agustus 2051 | Rp2,17 triliun | Rp650 miliar | 6,88%
|
Sumber: Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu)