Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah saham berkapitalisasi jumbo atau big caps seperti BBRI, BBNI, BMRI menjadi incaran investor asing di tengah koreksi indeks harga saham gabungan (IHSG) di perdagangan awal pekan ini, Senin (21/6/2021).
Mengutip konsultan keuangan D'Origin, saham-saham berkapitalisasi jumbo jadi sasaran beli asing, seperti tiga saham perbankan pelat merah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI), dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) yang masing-masing mencatat net foreign buy Rp81,05 miliar, Rp68,69 miliar, dan Rp63,21 miliar.
Saham PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) juga mengalami hal serupa. UNVR mencatat net foreign buy Rp37,52 miliar, TLKM Rp30,86 miliar, dan AMRT Rp25,17 miliar.
Namun demikian, maraknya transaksi beli investor asing didorong oleh crossing saham PT Sinar Mas Multiartha Tbk. (SMMA). Emiten Grup Sinar Mas itu mencatatkan net buy Rp2,25 triliun hari ini, karena terjadi crossing Rp2,9 triliun.
Di sisi lain, investor asing cenderung melakukan aksi jual terhadap saham BBCA Rp125,68 miliar, BFIN Rp62,76 miliar, ASII Rp53,28 miliar, MIKA Rp39,61 miliar, ARTO Rp29,86 miliar.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, investor asing hari ini mencatatkan net buy Rp2,1 triliun. Jumlah net buy sepanjang 2021 pun bertumbuh menjadi Rp17,83 triliun.
Baca Juga
Pada penutupan hari ini, indeks komposit parkir di level 5.996,25 setelah melemah 0,18 persen atau 10,97 poin. Setelah dibuka melemah pada level 5.959,96, IHSG sempat berbalik menguat hingga menyentuh level 6.021,49 tetapi kembali tertekan ke zona merah jelang akhir perdagangan.
Dari seluruh saham yang diperdagangkan hanya 177 saham menguat, sedangkan 345 memerah, dan 117 sisanya menguning alias tak beranjak dari level penutupan sebelumnya.
Direktur Perdagangan dan Pegaturan Anggota BEI Laksono Widodo menilai aksi beli bersih asing kemungkinan merupakan spekulasi buy on weakness di kala saham-saham di bursa Indonesia tengah mengalami koreksi.
“Jumat kemarin waktu indeks turun dalam, asing yang jualan. Kalau sekarang asing net buy, mungkin mereka buy on weakness dan lokalnya ngejar ketinggalan Jumat lalu,” ujar Laksono, Senin (21/6/2021)
Sementara itu mengenai IHSG yang kembali melanjutkan koreksinya hari ini, Laksono menilai alasan utamanya adalah sentimen global yakni karena taper tantrum yang terjadi seiring rencana The Fed untuk menaikkan suku bunga di kuartal I/2022.
“Alasan kedua, yang bukan alasan utama, adalah kekhawatiran terkait Covid-19,” pungkasnya.
Analis Indo Premier Sekuritas Mino mengatakan penguatan IHSG terjadi pasa sesi II setelah anjlok pada sesi I salah satunya sebagai respons atas keputusan yang dipilih oleh pemerintah untuk memperketat PPKM Mikro, karena sesuai dengan ekspektasi pasar.
“Ya memang yang realistis sekarang adalah pengetatan PPKM Mikro jadi boleh dibilang sesuai ekspektasi pasar,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (21/6/2021)
Dia mengatakan para pelaku pasar khawatir pemberlakuan aktivitas yang lebih ketat seperti lockdown akan memberikan dampak negatif terhadap perekonomian, tetapi dalam jangka panjang diharapkan hasil dari PPKM Mikro dapat memberikan dampak positif.
“Pasar inginnya kasus Covid-19 bisa dikendalikan, diturunkan. Dalam jangka panjang PPKM Mikro diharapkan bisa menekan kasus baru sehingga bisa positif juga ke ekonomi dan ke pasar,” pungkasnya.