Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan masih akan mengalami volatilitas tinggi di penghujung semester I/2021.
Head of Equity Research BNI Sekuritas Kim Kwie Sjamsudin mengatakan bahwa indeks komposit masih akan bergulat dengan volatilitas tinggi selama beberapa pekan ke depan seiring minimnya katalis positif dari pasar domestik.
Dia menuturkan, pasar masih akan fokus pada dua sentimen utama yakni kemungkinan taper tantrum akibat kebijakan moneter di AS serta perkembangan kasus baru Covid-19 yang kian melonjak di Indonesia.
Meskipun demikian, Kim memperkirakan efek taper trantrum kali ini tak akan separah 2013 silam karena kondisi perekonomian Indonesia saat ini lebih kuat dibandingkan taper tantrum sebelumnya, begitu pula dengan kepemilikan asing di pasar saham dan obligasi yang jauh lebih kecil.
“Kami juga meyakini sebagian besar risiko outflow asing sudah priced in di kondisi valuasi saat ini,” tuturnya dalam laporan pasar yang dipublikasikan Senin (21/6/2021)
Di sisi lain, Kim juga menyebut Indonesia masih di tahap awal reli harga komiditas, yang mana ini akan menguntungkan pasar Indonesia ke depannya seiring pemulihan global yang akan mengerek harga komoditas.
Baca Juga
Untuk semester II/2021 mendatang, tambah Kim, kehadiran perusahaan teknologi besar alias unicorn di pasar modal akan menjadi salah stau sentimen yang dapat mendorong IHSG untuk lebih agresif karena akan memperbesar eksposur sektor digital setidaknya 15 persen dari sebelumnya yang hanya sekitar 5 persen.
“Kalau ini terealisasi akan jadi katalis besar untuk pasar. Makin besar eksposur sektor teknologi akan jadi katalis baik. Contohnya Di Bursa Eropa sekitar 9 persen dan di Jepang lebih dari 15 persen,” tutup Kim.