Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Wait and See Saat Pengetatan PPKM Mikro, IHSG Masih Akan Bergejolak

pembatasan kegiatan masyarakat akan membuat potensi perlambatan pertumbuhan pendapatan emiten kembali terjadi seperti tahun lalu sehingga menimbulkan kekhawatiran di pasar.
Pengunjung memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (22/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (22/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA—Indeks harga saham gabungan (IHSG) masih akan bergejolak sepanjang pengetatan penerapan pembatasan aktivitas masyarakat (PPKM) mikro diberlakukan. 

Pada penutupan perdagangan Senin, (21/6/2021) indeks komposit ditutup melemah di level 5996,25 setelah melemah 0,18 persen. Ini sekaligus melanjutkan tren koreksi selama 4 hari beruntun sejak pekan lalu.

Adapun jika dilihat sepanjang tahun berjalan, kinerja IHSG kian loyo. Per penutupan hari ini indeks hanya mampu mencatat penguatan 0,29 persen secara year to date.

Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan untuk kembali memperketat aktivitas masyarakat melalui PPKM Mikro tentu menimbulkan reaksi terhadap pasar sehingga IHSG masih belum bangkit dari zona merah.

Menurutnya, pembatasan kegiatan masyarakat akan membuat potensi perlambatan pertumbuhan pendapatan emiten kembali terjadi seperti tahun lalu sehingga menimbulkan kekhawatiran di pasar.

Meskipun demikian, dia menyebut pelaku pasar juga akan memahami bahwa kebijakan tersebut untuk perbaikan ekonomi jangka panjang sehingga kemungkinan masih akan wait and see hingga akhir periode PPKM Mikro awal Juli mendatang.

“Jadi sampai dua minggu ke depan akan banyak pergerakan dari IHSG dengan kecenderungan negatif sampai kita punya katalis positif, tentu kalau Covid bisa kembali ditekan, minimal ke bawah 10.000 kasus aktif per hari,” ujarnya ketika dihubungi Bisnis, Senin (21/6/2021)

Wawan masih meyakini IHSG dapat kembali ke posisi awal tahun di kisaran 6400—6500 di paruh kedua tahun ini, seiring program vaksinasi yang terus berjalan dan upaya-upaya untuk menekan pertumbuhan kasus baru.

Di sisi lain, dia menyebut sentimen negatif dari luar negeri seperti efek taper tantrum seiring proyeksi The Fed akan menaikkan suku bunga acuan lebih cepat dan mulai menghentikan stimulus secara bertahap hanya akan berlangsung jangka pendek.

“Jangka pendek pasti pasar bereaksi, tapi kalau lihat efek secara jangka panjang sebenarnya positif. Stimulus diakhiri karena kondisi ekonomi AS dinilai sudah baik, artinya potensi impor akan naik dan ekonomi dunia tentu diuntungkan,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper