Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mulai mengurangi pembelian surat berharga negara (SBN) berdasarkan skema burden sharing sejalan dengan rencana tapering pada 2022.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi persnya, Kamis (17/6/2021) menyampaikan pengurangan pembelian SBN atau tapering kemungkinan akan dilakukan pada tahun depan.
Hal ini sejalan dengan kebijakan tapering oleh The Fed, Bank Sentral Amerika Serikat (AS), yang diperkirakan mulai dilakukan pada kuartal pertama 2022.
“Kami akan mulai dari tapering dulu, injeksi likuiditas kami kurangi dulu, baru langkah-langkah selanjutnya, kalau memang betul-betul sudah kami yakini baru langkah-langkah suku bunga,” katanya.
BI akan mempertimbangkan beberapa indikator, salah satunya tingkat inflasi. “Suku bunga rendah dan likuiditas tetap longgar sampai akan dijaga sampai kami melihat ada tanda-tanda inflasi, yang paling cepat baru akan terjadi pada awal tahun depan,” jelasnya.
Kepala Ekonom Bank BCA David Sumual berpendapat BI masih akan melihat situasi pada tahun depan terkait dengan pembelian SBN berdasarkan skema burden sharing.
Baca Juga
Menurutnya, pembelian SBN bisa saja mulai dikurangi. Pasalnya, diperkirakan dana untuk program pemulihan ekonomi pada 2022 juga tidak akan setinggi 2021.
“Ke depan dana PEN juga kemungkinan akan berkurang sejalan dengan dengan perbaikan ekonomi,” katanya.
Adapun, BI mencatat pembelian SBN di pasar perdana berdasarkan skema burden sharing pertama per 15 Juni 2021 telah mencapai Rp116,26 triliun.
Dari jumlah tersebut, pembelian SBN sebesar Rp40,80 triliun dilakukan melalui mekanisme lelang utama dan Rp75,46 triliun melalui mekanisme Greenshoe Option (GSO).