Bisnis.com, JAKARTA – Penurunan imbal hasil atau yield dari obligasi Amerika Serikat sejak lelang Surat Utang Negara (SUN) terakhir diprediksi akan meningkatkan minat investor pada lelang yang diadakan Selasa (8/6/2021) besok.
Vice President of Economist Bank Permata Josua Pardede memperkirakan permintaan terhadap SUN esok hari akan kembali meningkat, seiring adanya kenaikan permintaan akibat penurunan yield dari obligasi AS yang dikenal dengan US Treasury.
"Oleh karena itu, diperkirakan penawaran yang masuk pada lelang esok hari akan berada pada kisaran Rp65 triliun - Rp80 triliun,” tutur Josua saat dihubungi Bisnis, Senin (7/6/2021).
Josua menjelaskan semenjak lelang SUN terakhir, yield US Treasury telah mengalami penurunan sebanyak 5bps. Dia memprediksi penurunan tersebut akan meningkatkan minat atau appetite dari para investor asing pada lelang yang akan dilaksanakan esok hari.
Selain itu, Josua menyebutkan secara umum imbal hasil dari obligasi bertenor 10 tahun sudah mengalami penurunan sebanyak 3bps, sehingga minat dari investor domestik juga akan mengalami peningkatan dalam perdagangan ke depan.
Seperti diketahui, berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang tahun 2021 pemerintah telah melakukan sepuluh kali lelang SUN.
Baca Juga
Lelang yang akan dilaksanakan pada 8 Juni 2021 merupakan lelang edisi kesebelas pada tahun ini dan pertama untuk Juni 2021
Sebelumnya pada lelang 25 Mei lalu, pemerintah Indonesia mencatatkan hasil penawaran tertinggi ketiga sepanjang tahun 2021 sebesar Rp78,16 triliun. Melalui jumlah tersebut, pemerintah kemudian menyerap dana sebanyak Rp32,55 triliun.
Tahun ini, dana tertinggi dari lelang SUN yang dihimpun pemerintah adalah pada lelang SUN perdana yang diadakan pada 5 Januari 2021. Dari sana, pemerintah berhasil menghimpun penawaran sebesar Rp97,17 triliun. Melalui jumlah itu, pemerintah memenangkan Rp41 triliun.
Besok, pemerintah akan menawarkan tujuh seri dan menargetkan dana indikatif sebesar Rp30 triliun dan target maksimal Rp45 triliun.