Bisnis.com, JAKARTA - Emiten jasa layanan internet, PT Link Net Tbk. (LINK) mencatatkan kinerja cukup baik pada kuartal I/2021, pendapatan dan laba bersihnya meningkat.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2021 yang dirilis Senin (07/6/2021), emiten bersandi LINK ini mencatatkan pendapatan sebesar Rp1,06 triliun pada kuartal I/2021, naik 11,48 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp958,99 miliar.
Beban pokok pendapatan emiten Grup Lippo ini tercatat sedikit meningkat menjadi Rp215,04 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp210,79 miliar.
Beban lainnya berhasil turun, hanya beban penyusutan yang meningkat menjadi Rp253,79 miliar dari posisi Rp198 miliar tahun lalu dan beban amortisasi meningkat menjadi Rp12,65 miliar dibandingkan dengan kuartal I/2020 sebesar Rp10,6 miliar.
Laba usaha pun meningkat menjadi Rp358,01 miliar dibandingkan dengan Rp307,06 miliar. Laba periode berjalan menjadi Rp249,02 miliar dari kuartal yang sama tahun lalu Rp197,7 miliar.
Dengan demikian, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 25,96 persen menjadi Rp249,02 miliar dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu sebesar Rp197,7 miliar.
Baca Juga
Di sisi lain, jumlah liabilitas perseroan juga meningkat menjadi Rp4,23 triliun pada kuartal I/2021 dibandingkan dengan akhir 2020 yang sebesar Rp3,17 triliun.
Peningkatan terutama terjadi pada jumlah liabilitas jangka panjang yang menjadi Rp1,4 triliun dibandingkan dengan akhir tahun lalu yang sebesar Rp359 miliar. Sementara, jumlah liabilitas jangka pendek naik tipis menjadi Rp2,83 triliun dari Rp2,81 triliun pada akhir tahun lalu.
Peningkatan liabilitas jangka panjang terjadi lantaran perseroan baru saja melakukan pinjaman bank jangka panjang sebesar Rp1 triliun.
Adapun, jumlah aset juga meningkat tajam menjadi Rp9,1 triliun dibandingkan dengan 31 Desember 2020 yang sebesar Rp7,79 triliun.
Peningkatan terjadi pada aset lancar menjadi sebesar Rp1,66 triliun dibandingkan dengan posisi akhir tahun Rp774,43 miliar. Sementara, jumlah aset tidak lancar juga meningkat menjadi Rp7,44 triliun dibandingkan dengan Rp7,02 triliun pada akhir tahun lalu.