Bisnis.com, JAKARTA - Maraknya perusahaan grup keluarga konglomerat yang masuk ke lantai Bursa Efek Indonesia (BEI) dinilai sebagai aksi korporasi biasa, sekalipun saham emiten baru tetap dinanti investor.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, saat ini indeks harga saham gabungan (IHSG) tengah memasuki fase uptrend sehingga menjadi momentum tepat bagi calon emiten untuk IPO.
"Umumnya harga saham IPO pada sepekan pertama akan menguat, walaupun beberapa kasus ada yang hanya 2-3 hari," ujarnya kepada Bisnis, Senin (7/6/2021).
Dengan demikian, kalau hanya untuk investasi jangka pendek, saham IPO apalagi grup keluarga dengan nilai IPO jumbo sangat direkomendasikan.
Hal ini lantaran emiten dengan spesifikasi tersebut masih bisa memberikan profit bagi investor ritel dari pergerakan saham, terutama para pelaku trading jangka pendek.
William menilai IPO dengan nilai jumbo di atas Rp500 miliar dapat diserap oleh pasar pada fase sekarang ini. "Kondisi pasar kondusif mengingat saat ini IHSG sudah uptrend maka optimisme pasar meningkat," imbuhnya.
Baca Juga
Saat ini, anak usaha grup Rajawali, PT Archi Indonesia optimistis penawaran umum perdana dapat diserap baik oleh pasar kendati 90 persen dana hasil emisi digunakan membayar utang. Jika terealisasi, maka aksi IPO Archi Indonesia dapat menjadi penawaran umum perdana dengan nilai terjumbo dalam beberapa tahun terakhir.
Selain itu, ada anak usaha grup Wings, PT Bank Multiarta Sentosa (Bank Mas) dijadwalkan akan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada Juni ini.
Dikutip dari prospektus ringkas yang dipublikasikan hari ini (7/6/2021), Bank Mas akan melakukan penawaran umum saham perdana sebanyak 186,18 juta saham baru dengan nilai nominal Rp1.000 per saham, atau sebanyak 15 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah penawaran umum saham perdana.
Harga saham perdana ditawarkan dengan kisaran harga Rp3.000-Rp4.000 per saham, sehingga nilai saham yang ditawarkan dalam penawaran umum saham perdana secara keseluruhan sebanyak Rp774,706 miliar.