Bisnis.com, JAKARTA - Pemegang saham utama PT DCI Indonesia Tbk. (DCII), Otto Toto Sugiri melakukan penjualan saham perseroan sebesar Rp583,91 miliar.
Dalam suratnya kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Toto Sugiri menyebutkan dirinya melakukan penjualan saham DCII sebanyak 72.293.449 atau 72,29 juta saham. Harga jual Rp8.077, sehingga total transaksi mencapai Rp583,91 miliar.
"Tanggal transaksi pada 21 Mei 2021, tujuan transaksi divestasi," paparnya, Selasa (25/5/2021).
Setelah divestasi, Toto memegang 29,9 persen atau 712,78 juta saham DCII, berkurang dari sebelumnya 32,93 persen atau 785,08 juta saham.
Pada perdagangan Selasa (25/5/2021), saham DCII bertengger di level Rp11.700. Perusahaan resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan harga pelaksanaan Rp420.
Kapitalisasi pasar DCII sejumlah Rp27,89 triliun. Valuasi price to earning ratio (PER) 152,29 kali.
Baca Juga
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2020, total liabilitas perseroan juga meningkat 51,32 persen menjadi Rp1,71 triliun dari posisi 2019 yang sebesar Rp1,13 triliun.
Adapun liabilitas jangka pendeknya meningkat menjadi 509,6 miliar dan liabilitas jangka panjangnya pun meningkat menjadi Rp1,2 triliun.
Sementara itu, total aset juga meningkat menjadi Rp2,43 triliun naik 45,2 persen dari kondisi 2019 yang sebesar Rp1,67 triliun. Dengan rincian total aset lancar naik menjadi Rp227 miliar dan aset tidak lancar naik menjadi Rp2,2 triliun.
Direktur Utama DCI Indonesia Otto Toto Sugiri menuturkan pertumbuhan total aset perseroan yang meningkat hingga 45 persen terjadi karena kenaikan pada pos aset lancar dan tidak lancar.
"Aset lancar terutama berasal dari kenaikan piutang usaha pihak ketiga sebesar 106 persen yaitu dari Rp49,7 miliar pada 2019 menjadi Rp102,5 miliar, sejalan dengan kenaikan pendapatan perseroan," ungkapnya dalam surat resmi, Kamis (25/3/2021).
Selain itu, aset tidak lancar juga mengalami kenaikan aset tetap neto naik sebesar 46 persen dari Rp1,5 triliun menjadi Rp2,2 triliun karena terdapat penambahan aset tetap berupa tanah, bangunan, peralatan mekanis, listrik dan peralatan jaringan untuk perluasan Gedung Data Center perseroan.
"Dampak dari kenaikan aset terutama dirasakan perseroan dari meningkatnya kapasitas colocation milik perseroan yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan perseroan. Selain itu, penambahan tanak juga berdampak terhadap tersedianya kebutuhan tanah untuk pengembangan Gedung Data Center," paparnya.
Adapun kenaikan pos total liabilitas hingga 51 persen karena terjadi pertumbuhan pos liabilitas jangka pendek terutama berasal dari kenaikan utang bank jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun sebesar 200 persen dari utang Rp70,9 miliar pada 2019 menjadi Rp212,8 miliar pada 2020.
Untuk pos liabilitas jangka panjang terjadi kenaikan pada utang bank jangka panjang yang tumbuh 58 persen dari Rp353,4 miliar menjadi Rp1,1 triliun pada 2020. Penambahan utang perbankan ini seiring pengadaan aset tetap yang tercatat juga turut naik signifikan.
DCII mencatatkan pendapatan sebesar Rp759,36 miliar meningkat 55,01 persen dari pendapatan 2019 yang sebesar Rp489,86 miliar.
Dengan demikian, laba tahun berjalannya meningkat menjadi Rp183,14 miliar pada 2020 lebih tinggi 71,74 persen dibandingkan dengan periode 2019 yang sebesar Rp106,63 miliar.