Bisnis.com, JAKARTA—Pertumbuhan jumlah investor reksa dana yang pesat selama beberapa waktu belakangan dinilai baru momentum awal. Di sisi lain, basis investor ritel yang kian besar berpotensi menopang industri reksa dana di masa depan.
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat sepanjang tahun berjalan hingga akhir April 2021 jumlah investor reksa dana telah mencapai 4.408.998 SID (single investor identification). Realisasi ini tumbuh 38,85 persen dari posisi akhir 2020 lalu yang sebesar 3.880.753 SID.
Adapun jika ditarik lebih jauh, selama 3 tahun terakhir jumlah investor reksa dana telah tumbuh 342,89 persen dari posisi per akhir 2018 yang hanya sebesar 995.510 SID.
Direktur Utama Trimegah Asset Management (Trimegah AM) Antony Dirga menilai pertumbuhan partisipasi investor yang pesat ini merupakan suatu "prelude" atau awal dari pertumbuhan dana kelolaan atau asset under management (AUM) di industri reksa dana untuk 5 tahun ke depan.
“Logika sederhananya, selama 5 tahun ke depan dana investasi dari 4,4 juta investor yang sudah melek investasi ini tentunya akan meningkat dengan pesat seiring dengan pertumbuhan karir, usaha, dan personal wealth mereka. Belum lagi investor-investor baru yang akan terus masuk di tahun-tahun mendatang,” kata Antony kepada Bisnis, Senin (24/5/2021).
Dia mengatakan saat ini kondisi industri reksa dana di Tanah Air masih jauh tertinggal dibandingkan negara tetangga. Sebagai gambaran, saat ini porsi AUM per GDP di Indonesia masih berada di kisaran 3,5 persen, sedangkan Malaysia dan Thailand sudah di level 15—25 persen.
Baca Juga
Berdasarkan riset Trimegah AM, pertumbuhan dana kelolaan industri reksadana di negara-negara maju, mencapai inflection point ketika level GDP per kapita mereka melampaui US$5000. Diyakini, pertumbuhan AUM reksa dana di Indonesia pun memiliki katalis yang sama.
“Dengan asumsi pertumbuhan real 5 persen per tahun dan pertumbuhan populasi sekitar 1 persen per tahun, katalis ini akan dapat kita capai dalam waktu 5 tahun mendatang. Karenanya, kami mencermati lonjakan pertumbuhan jumlah investor ritel sekarang dengan sangat excited,” imbuhnya.
Meskipun demikian, Antony mengaku tak memiliki target spesifik untuk pertumbuhan jumlah investor ritel karena menurutnya secara komersiil, ledakan pertumbuhan jumlah investor ritel tidak akan diikuti oleh pertumbuhan AUM yang setara dalam jangka pendek.
Trimegah AM memasang target AUM keseluruhan untuk segmen retail di tahun ini sekitar Rp3 triliun. Adapun saat ini porsi segmen ritel adalah sekitar 15 persen dari total AUM perusahaan.
Di sisi lain, meski lonjakan pertumbuhan jumlah investor ritel tidak diikuti oleh pertumbuhan AUM yang setara dalam waktu dekat, Trimegah AM tetap mendorong pertumbuhan investor ritel secara aktif, salah satunya dengan melakukan edukasi.
Dia mengharapkan, dengan adanya peningkatan literasi keuangan dan investasi di Tanah Air, industri investasi di Indonesia dapat tumbuh semakin pesat dan menjadi lebih maju dibandingkan negara-negara tetangga.
“Bersama dengan OJK dan juga pelaku pasar lainnya, kami selalu aktif mengadakan webinar series untuk nasabah maupun non nasabah kami, edukasi melalui social media seperti Instagram, dan juga kerjasama aktif dengan agen penjual reksadana kami,” pungkasnya.