Bisnis.com, JAKARTA - Dalam berinvestasi reksa dana, dikenal jenis reksa dana indeks dan Exchange Traded Fund (ETF).
Reksa dana indeks (index fund) adalah reksa dana yang portofolio investasinya mengacu kepada indeks tertentu. Indeks yang dijadikan acuan bisa berupa indeks saham ataupun indeks obligasi, seperti Indeks MSCI, IDX30, IDX LQ45.
Perbedaannya dengan reksa dana konvensional adalah reksa dana indeks mengambil strategi investasi pasif dengan menghasilkan tingkat return yang setara dengan return indeks yang ditirunya.
Adapun, reksa dana konvensional mencoba mengalahkan indeks yang menjadi acuan, seperti IHSG, dengan menerapkan strategi investasi aktif.
Bagi investor pemula, kadang mengalami kebingungan untuk memilih mana reksa dana saham terbaik untuk dibeli. Cara termudah adalah dengan mengambil reksa dana indeks.
Reksa dana saham berisi komposisi saham tertentu dari racikan manajer investasi yang berbeda dari indeks. Akibat adanya perbedaan komposisi, reksa dana saham bisa punya kinerja lebih baik daripada pasar, tetapi bisa juga lebih buruk.
Baca Juga
Artinya, dibutuhkan pengalaman bagi investor untuk memilih reksa dana saham konvensional terbaik yang mungkin bisa mengalahkan pasar.
Namun, investor pemula mungkin belum punya cukup pengalaman memilihnya. Jadi, cara termudah berinvestasi adalah dengan memilih reksa dana indeks yang performanya jelas akan mengikuti benchmark pasar
Dengan reksa dana indeks investor bisa terhindar dari resiko mendapatkan reksa dana konvensional yang mempunyai performa jauh dibawah pasar.
INVESTASI ETF
Exchange Traded Fund (ETF) adalah reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di Bursa Efek. Meskipun ETF pada dasarnya adalah reksa dana, tapi produk ini diperdagangkan juga seperti saham.
Jadi, ETF merupakan penggabungan antara unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana dengan mekanisme saham dalam hal transaksi jual maupun beli.
ETF dibagi menjadi dua kategori, yakni aktif dan pasif. Instrumen aktif dikelola oleh Manajer Investasi (MI) secara aktif dan seluruh kinerja saham tergantung pada performa MI.
Adapun, pada instrumen pasif, pemilihan efek merujuk kepada sebuah indeks yang spesifik seperti reksa dana indeks, misalnya IDX LQ45, IDX30, IDX80.
Transaksi perdagangan ETF pada dasarnya dapat dilakukan dalam dua metode, yaitu transaksi via pasar saham primer maupun sekunder.
Melalui pasar primer, para investor membeli serta menjual unit penyertaan reksa dana ETF dalam bentuk unit kreasi kepada MI. Satu unit kreasi kurang lebih senilai 100.000 unit penyertaan.
Pada umumnya, reksa dana memiliki harga perdana yang diawali dari angka 1.000, tetapi ETF dapat dimulai dengan harga berapa saja. MI pun biasanya akan memasang harga perdana dari berdasarkan indeks rujukan, sehingga pemantauan guna membandingkan indeks tersebut pun menjadi lebih mudah.
Sementara itu, dalam pasar sekunder, para penanam modal dapat memperjualbelikan unit penyertaan reksa dana ini dalam unit lot. Satu lot setara dengan nominal 100 unit penyertaan via BEI. Mekanisme transaksi ini dilaksanakan khusus bagi para investor ritel bernilai transaksi yang relatif kecil.
Sebagai contoh, Anda ingin membeli ETF di pasar primer sebanyak 1 unit kreasi dengan harga Rp1.000 per unit penyertaan, maka Anda perlu memiliki modal minimal Rp100 juta.
Jika Anda membeli ETF di pasar sekunder sebanyak 1 lot dengan harga Rp1.000 per unit penyertaan, maka anda perlu memiliki modal minimal Rp100.000.
Dalam ETF juga ada peran dealer partisipan, yakni perusahaan sekuritas yang dapat menyediakan likuiditas bagi ETF. Pihak ini lah yang akan berperan sebagai penjual maupun pembeli jika tidak terdapat permintaan serta penawaran yang dinilai mencukupi.
Lalu, pihak tersebut akan memasang order penawaran serta permintaan sesuai harga pasar. Dengan demikian, para investor pun tidak akan mengalami kesulitan untuk memperdagangkan ETF dalam Bursa Efek.
Komposisi reksa dana indeks dan ETF cenderung masih kecil dibandingkan dana kelolaan reksa dana secara keseluruhan. Mengutip data OJK per akhir April 2021 dana kelolaan reksa dana indeks hanya sebesar Rp9,39 triliun dan ETF sebesar Rp14,99 triliun atau masing-masing 1,65 persen dan 2,64 persen dari dana kelolaan industri yang mencapai Rp568,02 triliun.