Bisnis.com, JAKARTA — Sentimen global menjadi penyebab utama indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak dengan kecenderungan melemah pada pekan pertama pasca libur Idulfitri. Tercatat, IHSG anjlok hingga 2,78 persen pekan ini.
Indeks komposit menutup pergerakannya di level 5.773,12 pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (21/5/2021) setelah terkoreksi 0,42 persen. Adapun sepanjang pekan ini IHSG terpantau melemah 2,78 persen dari posisi terakhir sebelum Lebaran.
Adapun per penutupan perdagangan pekan ini kapitalisasi pasar menyusut hingga level Rp6.856,21 triliun.
Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan tren koreksi yang menerpa IHSG sepanjang pekan ini lebih disebabkan oleh sentimen global, khususnya kondisi pasar dan ekonomi di Amerika Serikat.
Hans menuturkan, naiknya inflasi AS ke level 4,2 persen yang menandakan pemulihan ekonomi di Negeri Paman Sam tersebut telah semakin cepat menimbulkan kekhawatiran para pelaku pasar bahwa The Fed akan mengubah kebijakannya.
Hal tersebut juga diperparah oleh risalah rapat The Fed yang mengungkapkan bahwa pendapat untuk melakukan pengurangan pembelian obligasi secara bertahap atau tapering off kembali mencuat.
Baca Juga
“Melihat sejarahnya, biasanya tapering ini akan menimbulkan goncangan ke emerging market, termasuk Indonesia,” kata Hans ketika dihubungi Bisnis, Jumat (21/5/2021)
Dari regional, sentimen negatif datang dari peningkatan kasus Covid-19 yang kembali terjadi di kawasan Asia, seperti tsunami Covid di India. Tak hanya itu, beberapa negara tetangga Indonesia juga telah kembali memberlakukan lockdown seiring pertambahan kasus.
“Pelaku pasar khawatir aka nada gelombang Covid lagi di Asia sehingga belakangan ini pun bursa Asia sama-sama memerah,” ujar Hans lebih lanjut.
Sementara itu, di Indonesia sendiri meski ada kekhawatiran serupa terkait dengan aktivitas Lebaran 2021, sejauh ini belum ada peningkatan kasus signifikan yang tercatat sehingga belum memberikan dampak langsung ke pasar modal.
Di sisi lain, data-data ekonomi Indonesia juga masih cenderung positif, seperti rilis neraca dagang bulan ini yang menunjukkan surplus sehingga sempat mengangkat IHSG untuk berbalik menguat di pertengahan pekan.
Hans mengatakan setelah kini bergerak di kisaran 5.700, potensi koreksi IHSG akan cenderung terbatas dan momentum ini dapat dimanfaatkan pelaku pasar yang memiliki horizon investasi panjang untuk melakukan akumulasi beli.
“Untuk penurunan lebih lanjut terjadi jika ada peningkatan kasus [Covid-19] yang sangat signifikan ya.,” pungkasnya.
Sementara itu, Analis Artha Sekuritas Dennies Christopher mengatakan secara teknikal tekanan jual masih cukup tinggi sehingga IHSG masih berpotensi melanjutkan pelemahannya dalam jangka menengah
“Investor juga akan cenderung wait and see dikarenakan akan menanti kebijakan Bank Indonesia terkait suku bunga dan perekonomian di kuartal II-2021,” kata Denies dalam riset hariannya, seperti dikutip Bisnis, Jumat (21/5/2021)
Dia memperkirakan IHSG bergerak dalam tren bearish dengan level resistance pertama di 5.826 dan level resistance kedua di 5.880. Adapun, support pertama indeks ada di level 5.730 dan support kedua di level 5.688.