Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Makin Kinclong, Dolar dan Yield US Treasury Masih Lesu

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, terkerek US$0,4 atau 0,02 persen menjadi ditutup pada US$1.881,90 per ounce.
Tumpukan emas batangan./Bloomberg
Tumpukan emas batangan./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas kembali menguat pada akhir perdagangan Kamis (20/5/2021).

Penguatan tersebut memperpanjang kenaikan untuk hari keenam berturut-turut, didorong oleh penurunan dolar dan imbal hasil (yield) obligasi AS saat investor mengabaikan petunjuk Federal Reserve tentang kemungkinan tapering langkah-langkah dukungan ekonomi.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, terkerek US$0,4 atau 0,02 persen menjadi ditutup pada US$1.881,90 per ounce.

Sehari sebelumnya atau pada Rabu (19/5/2021), emas berjangka terangkat US$13,5 atau 0,72 persen menjadi US$1.881,50.

Emas berjangka naik US$0,4 atau 0,02 persen menjadi US$1.868 pada Selasa (18/5/2021), setelah melambung US$29,5 atau 1,6 persen menjadi US$1.867,60 pada Senin (17/5/2021), serta meningkat dua hari sebelumnya masing-masing US$14,1 atau 0,77 persen dan US$1,2 atau 0,07 persen.

Risalah pertemuan Fed menunjukkan sejumlah pejabat berpikir bahwa jika pemulihan bertahan, mungkin menjadi saat yang tepat untuk mulai membahas rencana untuk menyesuaikan laju pembelian aset.

Risalah the Fed pada Rabu (19/5/2021) adalah pembahasan pertama dari pembicaraan resmi tentang tapering (pengurangan pembelian obligasi).

"Namun, emas naik didorong oleh fakta bahwa kami telah melihat imbal hasil dan dolar sedikit berbalik," kata Bart Melek, kepala analis komoditas di TD Securities, dilansir Antara, Jumat (21/5/2021).

Melek menambahkan pandangan di luar sana adalah meskipun The Fed berbicara tentang tapering, tetapi pada kenyataannya sangat tidak mungkin bahwa akan segera mengurangi akomodasi moneter.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun yang dijadikan acuan melemah, sementara indeks dolar turun, membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Emas juga menemukan dukungan tambahan ketika indeks aktivitas bisnis Federal Reserve Philadelphia turun menjadi 31,5 pada Mei dari level tertinggi hampir 50 tahun di 50,2 pada April, lebih buruk dari yang diharapkan.

Jika pengetatan moneter akhirnya dilakukan oleh the Fed, maka akan menghilangkan daya tarik emas karena diterjemahkan ke dalam peluang kerugian yang lebih tinggi untuk memegang aset-aset non-imbal hasil.

Kenaikan emas terjadi meskipun jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran menurun.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Kamis (20/5/2021) bahwa 444.000 orang mengajukan klaim pengangguran awal dalam pekan yang berakhir 15 Mei, lebih baik dari yang diperkirakan dan peningkatan dari 478.000 klaim pada minggu sebelumnya.

Selain itu, ekspektasi inflasi mendukung pasar logam, kata analis senior Kitco Metals Jim Wyckoff.

“Masalah inflasi harga telah menjadi elemen bullish untuk pasar logam karena investor akan membeli aset keras seperti logam sebagai lindung nilai terhadap inflasi,” tambah Wyckoff.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli naik 4,2 sen atau 0,15 persen menjadi ditutup pada US$28,067 per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli naik US$3,4 atau 0,28 persen menjadi ditutup pada US$1.205 per ounce.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper