Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas terpantau variatif menjelang para investor menanti perilisan data ekonomi Amerika Serikat (AS). Harga batu bara telah ditutup menguat dan harga crude palm oil (CPO) melemah.
Berdasarkan data Bloomberg pada perdagangan Kamis (25/4/2024), harga batu bara kontrak April 2024 di ICE Newcastle ditutup menguat 0,19% pada level US$129,25 per metrik ton. Batu bara kontrak Mei 2024 juga menguat 0,18% ke US$135,75 per metrik ton.
Di Negeri Paman Sam, Peraturan Badan Perlindungan Lingkungan yang diumumkan pada Kamis (25/4) akan memaksa armada pembangkit listrik tenaga batu bara di negara tersebut untuk menangkap hampir seluruh emisi karbon dioksida, atau hampir seluruhnya, pada 2039.
Adapun, peraturan ini akan memaksa pengurangan polusi yang sama untuk banyak pembangkit listrik tenaga gas yang dibangun untuk menggantikannya.
Namun, para kritikus menganggap aturan tersebut sebagai ancaman terhadap keandalan listrik. CEO National Rural Electric Cooperative Association menuturkan bahwa negaranya sudah berada dalam posisi yang sulit mengingat peringatan bahwa 19 negara bagian berisiko mengalami pemadaman listrik bahkan dalam kondisi permintaan puncak yang normal.
Di lain sisi, sebelumnya sebuah kelompok industri besar batu bara mengatakan bahwa harga batu bara domestik China telah mencapai titik terendah dan pada tahun ini akan melampaui harga tertinggi pada 2023.
Baca Juga
Pihaknya menilai bahwa langkah-langkah stimulus ekonomi yang diberlakukan oleh pemerintah pada baru-baru ini dapat meningkatkan permintaan batu bara.
Harga Emas
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot melemah -0,06% ke level US$2.330,99 per troy ounce pada pukul 06.56 WIB. Kemudian, harga emas Comex kontrak Juni 2024 menguat 0,01% ke US$2.342,80 per troy ounce pada pukul 06.45 WIB.
Para pedagang diketahui tengah menunggu data inflasi utama AS yang mungkin memberi lebih banyak petunjuk mengenai jalur suku bunga Federal Reserve (The Fed)
Menurut ahli strategi komoditas dari TD Securities, Daniel Ghali, penjualan emas mungkin tidak akan meningkat karena para penasihat perdagangan komoditas tidak berencana untuk menjual stoknya jika harga di atas US$2,200,
Ghali juga mencatat bahwa posisi pedagang makro masih terbatas karena penguatan dolar dan kenaikan imbal hasil di AS, yang menyebabkan pasar kurang optimis tentang peluang Federal Reserve untuk melonggarkan kebijakannya.
Sebelumnya emas diperdagangkan stabil pada Rabu (24/4) setelah penurunan dua hari karena para pedagang yang menunggu data inflasi utama Negeri Paman Sam.
Harga CPO
Harga komoditas minyak kelapa sawit atau CPO berjangka kontrak Juli 2024 pada perdagangan Kamis (25/4) telah melemah -68 poin ke 3.874 ringgit per ton di Bursa derivatif Malaysia. Kemudian, kontrak Juni 2024 juga ditutup melemah -70 poin menjadi 3.914 ringgit per ton.
Mengutip Bernama, pedagang menuturkan bahwa kontrak berjangka CPO di Bursa Malaysia Derivatives mencapai titik terendah dalam dua bulan pada hari Kamis (35/4), karena melemahnya kontrak berjangka minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT).
Kepala riset komoditas Sunvin Group yang berbasis di Mumbai, Anilkumar Bagani, menuturkan sentimen pasar juga terbebani oleh minyak sawit olein yang dimurnikan, diputihkan, dan dihilangkan baunya di Bursa Komoditas Dalian selama jam perdagangan Asia.
"Pasar menembus harga dukungan teknis sebesar RM3,800 per ton untuk bulan Juli menyusul aksi jual minyak kedelai berjangka di CBOT," tuturnya.
Sementara itu, pedagang minyak sawit David Ng mengatakan sentimen pasar juga dipengaruhi oleh kenaikan produksi dalam beberapa minggu mendatang.
“Kita memasuki periode produksi musiman yang lebih tinggi yang akan meningkatkan tingkat stok secara keseluruhan di negara ini, yang berdampak buruk pada harga. Oleh karena itu, kami melihat dukungan di RM3,800 per ton dan resistensi di RM4,000 per ton," terangnya.