Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak melanjutkan pelemahan pada perdagangan Jumat (14/5/2021), tertekan sentimen kekhawatiran pasar terkait dengan potensi penurunan permintaan minyak mentah dan kembali beroperasinya distribusi bahan bakar di AS.
Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 13.49 WIB harga minyak jenis WTI di bursa Nymex untuk kontrak Juni 2021 bergerak melemah 0,28 persen atau 0,18 poin ke posisi US$63,64 per barel.
Sementara itu, harga minyak jenis Brent di bursa ICE untuk kontrak Juli 2021 turun 0,37 persen ke posisi US$66,8 per barel.
Analis Monex Investindo Futures mengatakan dalam publikasi riset terbarunya bahwa harga minyak tertekan permintaan minyak mentah terutama dari India seiring dengan belum redanya penyebaran Covid-19 di Negeri Taj Mahal itu yang membebankan pertumbuhan ekonominya.
“Kabar meningkatnya kembali kasus Covid-19 di beberapa negara Asia, seperti Singapura dan Malaysia saat ini juga berpeluang mengikis permintaan minyak mentah di bawah ekspektasi optimis OPEC,” tulis Monex Investindo Futures dalam publikasi risetnya dikutip Jumat (14/5/2021).
Selain itu, kembali beroperasinya jalur pipa Colonial setelah serangan siber pada Jumat pekan lalu juga membebani harga minyak. Jalur pipa tersebut menjadi sumber utama distribusi bahan bakar minyak di wilayah Pantai Timur AS.
Baca Juga
Dengan demikian, pasokan minyak berpeluang meningkat di tengah tekanan permintaan dan daya serap yang diyakini tidak sekuat dengan jumlah pasokan yang ada.
Namun, Monex menilai pelaku pasar berpeluang melakukan aksi buyback dari perdagangan minyak setelah mengalami penurunan harga lebih dari US$3 per barel dalam waktu dua hari perdagangan.
Oleh karena itu, aksi itu diyakini berpeluang membatasi gerakan penurunan harga minyak sementara.
Monex menjelaskan bahwa jika harga berhasil menembus ke bawah level US$63 per barel, maka harga minyak berpeluang dijual menguji kisaran US$60,6 per barel hingga US$61,8 per barel.
Namun, jika harga berhasil naik ke atas level US$64 per barel, maka harga minyak berpeluang dibeli menguji kisaran US$64,85 per barel hingga US$65,8 per barel.