Bisnis.com, JAKARTA - Kenaikan harga minyak tertahan setelah Badan Energi Nasional atau International Energy Agency (IEA) menyatakan rekor kelebihan produksi pada tahun lalu sudah hilang.
Sementara itu, penutupan pipa utama Amerika Serikat mendorong harga bensin eceran di atas US$3 per galon untuk pertama kalinya sejak 2014.
Dilansir Bloomberg Rabu (12/5/2021), West Texas Intermediate sedikit bergerak di atas US$65 per barel di New York. IEA memangkas perkiraan permintaan minyaknya dalam laporan bulanan karena virus corona terus melanda India.
Kendati begitu, IEA juga menyatakan bahwa persediaan surplus sekarang hanya sebagian kecil dari tingkat yang terlihat saat konsumsi runtuh tahun lalu.
Di AS, harga bensin eceran naik karena pemadaman yang sedang berlangsung di Jalur Pipa Kolonial. Sementara pasokan bensin menipis di beberapa daerah, pengolah dipaksa untuk mengurangi tingkat pemakaian, dan memotong permintaan minyak mentah. Selain itu, penyuling memesan kapal untuk menyimpan persediaan produk bahan bakar yang terus bertambah.
Namun, dampak penghentian terhadap harga minyak mentah utama diredam saat ini. Pasar tetap didukung oleh prospek pemulihan permintaan energi di seluruh dunia dan taruhan lebih luas pada inflasi global. Angka harga konsumen AS yang akan dirilisakan menjelaskan lebih banyak tentang yang terakhir.
"Prospek permintaan tetap rapuh," kata Toril Bosoni, kepala divisi industri dan pasar minyak IEA.
Pengambilan stok positif IEA mengikuti laporan Administrasi Informasi Energi AS pada hari Selasa, yang mengurangi perkiraannya untuk produksi nasional hingga 2022.Ada juga angka bullish dari American Petroleum Institute, yang melaporkan kepemilikan minyak mentah AS turun 2,53 juta barel pekan lalu. Stok bensin naik 5,64 juta barel, angka API menunjukkan.