Bisnis.com, JAKARTA - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memutuskan memperpanjang periode suspensi saham PT Bakrie Telecom Tbk. (BTEL) pada Selasa (11/5/2021).
BEI dalam suratnya mengemukakan, berdasarkan evaluasi Bursa atas laporan keuangan BTEL, masih terdapat keraguan atas kelangsungan usaha. Oleh karena itu, BEI kembali melakukan suspensi saham BTEL sejak sesi I perdagangan Selasa (11/5/2021) hingga pengumuman lebih lanjut.
"Bursa berpendapat masih terdapat keraguan atas kelangsungan usaha (going concern) BTEL," papar manajemen BEI, Senin (10/5/2021).
Adapun, pada 17 Januari 2021, BTEL telah menyampaikan laporan keuangan per September 2020 dan memeroleh opini wajar dengan pengecualian (WDP).
Sebelumnya, dalam pengumuman di laman resmi Bursa Efek Indonesia, saham BTEL akan memasuki masa suspensi 24 bulan pada 27 Mei 2021.
Berdasarkan ketentuan III.3.1.2, BEI dapat menghapus secara paksa saham perusahaan tercatat yang disuspensi di pasar reguler dan pasar tunai atau hanya diperdagangkan di pasar negosiasi selama 24 bulant terakhir.
Baca Juga
Adapun, saham BTEL disuspensi oleh Bursa pada 27 Mei 2019 lantaran perseroan mendapatkan opini disclaimer sebanyak dua kali berturut-turut dari akuntan publik.
Saat ini pun, saham BTEL mendapatkan dua notasi khusus yaitu E dan D. Notasi khusus E menunjukkan laporan keuangan terakhir menunjukkan ekuitas negatif dan D menunjukkan adanya opini “Tidak Menyatakan Pendapatan (Disclaimer)” dari Akuntan Publik.
Dalam laporan keuangan per September 2020, BTEL mencatatkan pendapatan usaha Rp8,1 miliar. Nilai itu turun dari Rp10,27 miliar per September 2019.
Seiring dengan tingginya beban usaha dan beban keuangan, BTEL pun mencatatkan kerugian. Rugi bersih per September 2020 mencapai Rp60,17 miliar, berbalik dari laba Rp7,17 miliar per September 2019.
Arus kas dan setara kas hanya mencapai Rp305 juta. Nilai itu juga turun dari tahun sebelumnya sebesar Rp866 juta.
Parahnya, BTEL mencatatkan ekuitas negatif atau defisiensi modal neto sejumlah Rp9,67 triliun per September 2020. Namun, nilai itu masih lebih baik dibandingkan defisiensi modal Rp13,34 triliun per akhir 2019.
Total liabilitas BTEL berhasil berkurang menjadi Rp9,67 triliun dari sebelumnya Rp13,35 triliun. Aset BTEL pun hanya senilai Rp4,54 miliar, turun dari Rp11,23 miliar per akhir 2019.
Berdasarkan laporan keuangan per Juni 2020, susunan pemegang saham BTEL ialah PT Huawei Tech Invesment 16,8 persen, PT Mahindo Agung Sentosa 13,6 persen, PT Era Bhakti Persada 5,5 persen.
Selanjutnya, Best Quality Global Limited 6 persen, PT Bakrie & Brothers Tbk. (BNBR) 0,1 persen, dan masyarakat 58 persen. Total saham beredar 36,77 miliar saham. Adapun, saham BTEL telah lama tertidur di level harga Rp50.