Bisnis.com, JAKARTA – Saham PT Indosat Ooredoo Tbk. (ISAT) dinilai masih menarik apalagi tren pendapatan per penggunanya terus meningkat. Belum lagi, perseroan berhasil menjual 4.247 menara telekomunikasinya senilai US$750 juta.
Analis HP Financials Muhammad As'ad menuturkan EBITDA tahun penuh 2020 ISAT tumbuh 16 persen secara tahunan. Pendapatannya tumbuh 6,9 persen secara tahunan pada 2020, terutama didorong oleh kenaikan 11,6 persen pada pendapatan dari segmen selulernya walaupun ada penurunan signifikan 15,4 persen tahunan pada segmen telekomunikasi tetap.
EBITDA ISAT masih berhasil tumbuh 16 persen, sayangnya, peningkatan 16,6 persen pada total pengeluaran telah menekan bottom line ISAT dan menjadi net loss sebesar Rp716,7 miliar. Padahal, ISAT pada 2019 berhasil mencatat laba bersih Rp1,6 triliun. Ketika itu, ISAT mendapatkan dana segar Rp2,6 triliun dari hasil penjualan dan sewa kembali menara.
Di sisi lain, pertumbuhan average revenue per users (ARPU) atau rata-rata pendapatan per pengguna positif walaupun imbal hasil lebih rendah. Walaupun ada tren penurunan harga paket data yang telah menekan imbal hasil ISAT menjadi lebih rendah, pelanggannya terlihat meningkat 1,7 persen secara tahunan.
"Dengan demikian, ARPU yang dikelola dapat tumbuh 5,1 persen secara tahunan. Kami mengharapkan hasil ARPU dapat tumbuh 2,4 persen-3 persen secara tahunan di 2021 atau 2022, yang diproyeksikan meningkat dari jumlah pelanggan yang mendukung layanan," jelasnya dalam riset, dikutip Bisnis, Kamis (6/5/2021).
Penjualan dan penyewaan kembali menara menambah modal perluasan jaringan juga dipercaya akan meningkatkan keuangan perseroan.
Baca Juga
As'ad menyebut penjualan dan penyewaan kembali menara ISAT ke Edge Point Indonesia senilai US$750 juta akan berdampak positif pada neraca keuangannya dan mengharapkan untuk menambah lebih banyak modal untuk perluasan jaringan dengan menyelaraskan kebutuhan pelanggan.
ISAT meningkatkan jaringan 4G-nya sebagai langkah ekspansi sepanjang 2020 sebesar 30,9 persen, tetapi mengurangi 2G dan jaringan 3G masing-masing sebesar 3,5 persen dan 35 persen.
"Kami yakin bahwa strategi ini akan membawa layanan yang lebih baik untuknya pelanggan di masa depan," katanya.
Selain itu, peraturan pemerintah terbaru akan mempermudah perseroan melakukan merger dan akuisisi. Jika merger dan akuisisi antara ISAT dan Hutchison Tri bisa terwujud, dia berpandangan proses integrasi jaringan tidak akan sesulit merger antara XL Axiata dan Axis Telecom Indonesia.
Hal ini berkat Peraturan Pemerintah No. 46/2021, yang dapat menjamin kenyamanan dalam mengkonsolidasikan beberapa operator telekomunikasi. Di bawah regulasi itu, pemerintah bisa lebih leluasa dalam mengatur pengalihan hak penggunaan spektrum frekuensi, selama memenuhi optimalisasi manfaat dari penggunaan spektrum dan meningkatkan kinerja industri telekomunikasi Indonesia. Langkah ini sebagai suatu yang utuh sambil mempertahankan bisnis yang adil dan tidak diskriminatif persaingan dan perlindungan konsumen.
"Kami mempertahankan peringkat BELI pada target harga 7.500. Kami mempertahankan peringkat BELI untuk ISAT pada target harga 7500, menyiratkan 4,4x EV/EBITDA dari tahun penuh 2021. Saat ini diperdagangkan pada 4,1x EV/EBITDA-nya, yang sedikit di atas rata-rata 5 tahun," urainya.
HP Financials tetap menilai ada risiko investasi utama yakni jaringan lebih lambat dari yang diharapkan ekspansi, dan perang harga paket data yang lebih sengit dari perkiraan di antara operator telekomunikasi.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.