Bisnis.com, JAKARTA – Dolar Amerika Serikat melemah terhadap sejumlah mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (3/5/2021), karena imbal hasil obligasi pemerintah AS melandai dan data ekonomi yang lesu membebani mata uang.
Aktivitas manufaktur AS tumbuh pada kecepatan yang lebih lambat pada April, kemungkinan dibatasi oleh kekurangan input di tengah permintaan yang terpendam yang dilepaskan oleh meningkatnya vaksinasi dan stimulus fiskal besar-besaran. Data tersebut juga menyeret imbal hasil obligasi pemerintah AS lebih rendah.
Indeks dolar yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama saingannya ditutup melemah 0,3 persen ke level 90,969 pada Senin.
Kepala analis valas Scotiabank Shaun Osborne mengatakan reli tajam dolar AS pada Jumat (30/4) mungkin bukan awal dari rebound yang lebih luas.
"Ini akan membutuhkan kenaikan tambahan yang kuat minggu ini untuk memiringkan risiko menuju pemulihan dalam dolar AS dan bentuk awalnya tidak menjanjikan," kata Osborne.
Sentimen bearish terhadap dolar sedang meningkat. Posisi net short dolar AS naik minggu ini ke level tertinggi sejak akhir Maret, manurut data Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas yang dirilis pada Jumat (30/4).
Baca Juga
Sementara itu, Gubernur Federal Reserve Jerome Powell mengatakan pemulihan ekonomi membuat kemajuan nyata, tetapi kenaikannya tidak merata mengikuti penurunan.
Presiden The Fed wilayah New York John Williams mencatat bahwa kondisi saat ini hampir tidak cukup untuk mengubah sikap kebijakan moneter.