Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Minyak Menurun di India, Optimisme Pemulihan Harga Terbatas

Harga minyak telah menguat pada tahun 2021 di tengah prospek rebound permintaan karena vaksin Covid-19 diluncurkan, sehingga membuka jalan bagi aktivitas ekonomi yang lebih besar.
Ilustrasi. Tanki penimbunan minyak./Bloomberg
Ilustrasi. Tanki penimbunan minyak./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah terpantau mereda karena permintaan yang menurun dari India yang tengah dilanda virus Covid-19. Peristiwa ini mengimbangi optimisme atas pemulihan ekonomi global.

Berdasarkan data Bloomberg pada Senin (3/5/2021), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) terpantau melemah 0,19 persen atau 0,12 poin ke level US$63,46 per barel pada pukul 14.39 WIB.

Sementara itu, harga minyak Brent untuk kontrak Juli 2021 terpantau turun 0,07 persen atau 0,05 poin di posisi US$66,71 per barel pada pukul 14.45 WIB. Setelah menjadi paling aktif naik hampir 6 persen pada April 2021 lalu.

Seperti dikutip Bloomberg, penjualan bensin pada April 2021 di India mencapai level terendah sejak Agustus 2020. Sedangkan untuk solar paling sedikit sejak Oktober 2020 dengan memperhitungkan panjang bulan, berdasarkan data awal dari pejabat setempat.

Secara terpisah, presiden Konfederasi Industri India mendesak pemerintah untuk mengekang aktivitas ekonomi untuk melawan krisis kesehatan yang berkembang.

Tercatat, harga minyak telah menguat pada tahun 2021 di tengah prospek rebound permintaan karena vaksin Covid-19 diluncurkan, sehingga membuka jalan bagi aktivitas ekonomi yang lebih besar. Namun, pemulihannya Covid-19 tidak merata, beberapa negara bahkan menderita gelombang virus yang muncul kembali.

Pada saat yang sama, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya mulai bulan ini menyatakan akan mengurangi pembatasan pasokan yang mereka terapkan tahun lalu untuk mengeringkan stok global yang membengkak dan menghidupkan kembali harga.

“Faktor terbesar masih India dan berapa banyak permintaan telah terpukul di sana,” kata Howie Lee, ekonom di Oversea-Chinese Banking Corp mengutip Bloomberg, Senin (3/5/2021).

Lee juga memperkirakan harga minyak akan berada di atas US$68 per barel saat tekanan jual meningkat. Prediksi harga ini sudah mempertimbangkan faktor pemulihan ekonomi di China dan Amerika Serikat.

Selain itu, trader melacak potensi peningkatan ekspor minyak mentah dari Iran mengingat adanya upaya untuk menengahi kesepakatan AS-Iran untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir yang ditinggalkan oleh Gedung Putih pada 2018. Pejabat AS mengatakan kesepakatan belum tercapai, menyangkal laporan Iran tentang pertukaran tahanan yang akan datang.

Sementara itu, produksi minyak AS mungkin terus tertekan karena pengeboran domestik turun untuk minggu kedua berturut-turut. Pencari minyak AS yang terpukul oleh tabrakan tahun lalu menunjukkan penghematan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan jumlah rig masih di setengah tingkat sebelum pandemi.

Ditambah, banyak negara di seluruh dunia termasuk China, Jepang, dan Inggris menandai hari Senin ini dengan libur nasional, yang dapat menipiskan volume perdagangan.

Analis sekaligus Founder Traderindo.com Wahyu Laksono mengungkapkan pelemahan harga minyak mentah tersebut masih dalam koreksi yang wajar. Beberapa sentimen negatif yang mempengaruhi yaitu turunnya permintaan minyak dari India dan Jepang, kemudian kebijakan Amerika Serikat mengenai OPEC.

Selanjutnya, Wahyu menambahkan senitmen negatif juga didorong dengan nilai dolar AS yang rebound pada akhir pekan lalu yang dipicu pernyataan komentar Federal Reserve mengenai kebutuhan kenaikan suku bunga pada 2022 mendatang.

“Jadi sentimen akhir pekan ini memang kurang bagus. Kebanyakan mata uang melemah, komoditas melemah...tapi tren masih wajar,” ungkap Wahyu saat dihubungi Bisnis, Senin (3/5/2021).

Sementara harga minyak ditopang oleh pemulihan ekonomi yang ada di AS dan juga Eropa. Menurut Wahyu secara umum harapan harga minyak juga bagus, didukung oleh peluncuran vaksin Covid-19 dan manajemen pasokan yang waspada dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya.

Wahyu mengungkapkan secara harian supported by MA US$50 per barek dengan red line dikisaran US$60 per barel. Sehingga secara mingguan Wahyu memperkirakan harga minyak mentah dunia berada diantara US$60 per barrel hingga US$68 per barel.

Di sisi lain, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengungkapkan tren penurunan harga minyak masih berpotensi turun jika virus Covid-19 menjalar di Asia. Selain tsunami kasus Covid-19 yang terjadi di India, negara-negara asia lain seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand diketahui juga terinfeksi varian baru virus Covid-19.

Kemudian Ibrahim menambahkan, Jepang sebagai salah satu negara importir minyak terbesar di dunia juga melakukan lockdown kembali. Peristiwa-peristiwa ini menurutnya akan mempengaruhi laju pelemahan harga minyak mentah di dunia.

Apalagi jika OPEC terus meningkatkan produksi minyak pada tahun ini. Ibrahim memperkirakan level terendah minyak akan berada ke posisi US$60,70 per barel.

“Itu pun juga masih ada kemungkinan akan jatuh. Kalau memang benar Covid-19 ini menjalar di Asia bisa saja dia akan ke US$57 per barel, berdasarkan teknikal,” ungkap Ibrahim saat dihubungi secara terpisah, Senin (3/5/2021).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper