Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Efek Indonesia menyebut sejumlah hal yang menyebabkan penurunan nilai transaksi pialang saham menyusut di bulan pertama kuartal II/2021 ini.
Berdasarkan data Bloomberg, transaksi sepanjang April 2021 hanya mencapai Rp396,21 triliun, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai sekitar Rp569,04 triliun.
Nilai transaksi ini juga jauh lebih rendah dibandingkan awal tahun ini, yang mana sepanjang Januari 2021 nilai transaksi broker menyentuh rekor Rp849,12 triliun selama sebulan.
Direktur Perdagangan dan Penilaian Anggota Bursa BEI Laksono W. Widodo mengatakan ada beberapa penyebab yang membuat nilai transaksi di bursa terus menipis belakangan ini.
Pertama, saat ini investor asing masih rajin “berjualan” alias keluar dari pasar saham Indonesia. BEI mencatat, meski asing masih net buy secara year to date, aksi jual asing sepanjang tahun berjalan ini telah mencapai Rp2,85 triliun.
“Mereka masih net sell di bulan Maret dan April ini setelah mencatatkan net buy di Januari dan Februari. Sepertinya kondisi global yang menyebabkan hal ini terkait dengan perkembangan di pasar luar negeri utamanya di AS,” jelas Laksono, akhir pekan lalu.
Baca Juga
Kedua, lanjut Laksono, adanya penurunan transaksi dari BPJS Ketenagakerjaan turut memengaruhi aktivitas transaksi investor lainnya, terutama institusi domestik yang memiliki kemiripan dengan BPJS Ketenagakerjaan seperti Taspen, Dapen, dan lainnya.
“BPJS TK dianggap sebagai leader atau mercusuar bagi institusi-institusi domestik tersebut sehingga pasang surutnya aktivitas BPJS TK akan mempengaruhi tindakan institusi-institusi tersebut,” tutur Laksono.
Dia juga mengatakan pergerakan ekonomi yang berangsur pulih memicu adanya perpindahan dana dari pasar keuangan ke sektor riil, terlihat dari Purchasing Manager’s Index dan statistic barang impor yang terus naik.
Di sisi, dia menyebut adanya tren investasi lain yang sedang digandrungi masyarakat seperti investasi aset kripto turut menjadi penyebab transaksi bursa tak seramai awal tahun lalu. “Adanya kompetisi dari cryptocurrency. Mungkin. Belum ada data konkrit,” ujar dia.
Sementara itu, Analis Phillip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr melihat penurunan nilai transaksi sepanjang April sebagai hal yang wajar dan musiman, terkait dengan momentum bulan Ramadhan di bulan tersebut.
“Memang faktor seasonality aja, kecenderungan nilai transaksi rendah pada bulan-bulan puasa,” kata dia kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Anugerah memperkirakan setelah lebaran dan hingga akhir tahun nanti transaksi bursa akan kembali ramai seiring dengan potensi pemulihan ekonomi yang lanjut dan translasi ke pertumbuhan laba emiten yang ikut terkerek.
“Saham masih dapat jadi pilihan lagi dan peningkatan transaksi bisa kita ekspektasikan,” pungkasnya.