Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pertambangan batu bara, PT Bukit Asam Tbk., gagal memanfaatkan peluang mengerek kinerja keuangan seiring dengan tren kenaikan harga batu bara.
Berdasarkan laporan keuangan, emiten berkode saham PTBA itu membukukan pendapatan sebesar Rp3,99 triliun pada kuartal I/2021. Perolehan itu turun 22 persen dibandingkan dengan perolehan kuartal I/2020 sebesar Rp5,12 triliun.
PTBA membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp500,51 miliar pada kuartal I/2021, lebih rendah 44,6 persen dibandingkan dengan perolehan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp903,24 miliar.
Padahal, sepanjang tahun berjalan 2021, harga batu bara Newcastle di bursa ICE naik 11,87 persen dan berada di posisi US$90,5 per ton pada penutupan perdagangan Kamis (29/4/2021).
Direktur Utama Bukit Asam Suryo Eko Hadianto mengatakan bahwa penurunan kinerja perseroan pada kuartal I/2021 itu disebabkan oleh curah hujan yang cenderung lebih tinggi di wilayah tambang pada periode itu.
“Pendapatan turun, karena kinerja operasional kami tidak tercapai seiring dengan curah hujan tinggi di daerah Tanjunng Enim dan sekitarnya,” ujar Suryo saat paparan kinerja kuartal I/2021, Jumat (30/4/2021).
Baca Juga
Adapun, pada tiga bulan pertama tahun ini PTBA mencatatkan volume produksi sebesar 4,5 juta ton, lebih rendah 18,18 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 5,5 juta ton.
Sementara itu, volume penjualan batu bara PTBA pada kuartal I/2021 mencapai 5,9 juta ton, turun 13 persen dibandingkan dengan 6,8 juta ton pada kuartal I/2020.
Kendati demikian, Suryo optimistis pihaknya dapat mengejar kinerja operasional yang tertinggal itu pada kuartal II/2021 sehingga hingga akhir tahun perseroan dapat mencapai target panduan yang telah ditetapkan.
Sebagai informasi, perseroan menargetkan kenaikan volume produksi batu bara dari 24,8 juta ton pada 2020 menjadi 29,5 juta ton pada 2021. Perseroan juga menargetkan kenaikan penjualan batu bara dari 26,1 juta ton pada 2020 menjadi 30,7 juta ton pada 2021.
Namun, seiring dengan kenaikan target produksi batu bara oleh Pemerintah Indonesia, PTBA berharap dapat menangkap peluang itu untuk ikut meningkatkan volume produksi.
Suryo memperkirakan PTBA dapat menaikkan target produksinya hingga 30 juta ton, atau diharapkan lebih daripada angka itu.
Apalagi, peningkatan produksi itu juga akan didukung dengan tren kenaikan harga batu bara yang dapat menggenjot kinerja perseroan di sisa tahun ini.