Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pelayaran, PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk., membukukan rugi bersih sebesar US$1,59 juta pada kuartal pertama tahun 2021.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, emiten berkode saham MBSS tersebut membukukan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$1,59 juta sepanjang tahun 2021.
Dengan estimasi kurs Rp14.500 per dolar AS, rugi bersih itu setara dengan Rp23,06 miliar. Perolehan tersebut membaik 39,62 persen dibandingkan kerugian kuartal akhir 2020 yang membukukan rugi bersih periode berjalan sebesar US$2,22 juta.
Sejalan dengan itu, emiten Grup Indika itu mencatatkan pendapatan US$15,17 juta pada kuartal I/2021, turun 7,91 persen dibandingkan dengan pendapatan kuartal akhir 2020 sebesar US$16,37 juta.
Penurunan pendapatan ini menurut Direktur Mitrabahtera Segara Sejati Burhan Susanto dalam public expose sejalan dengan pendapatan tongkang yang lebih rendah meskipun pendapatan tingkat bunga mengambang atau floating rate yang sedikit lebih tinggi.
Pada laporan keuangan kuartal I/2021 MBSS tercatat berdasarkan jenis kapal angkut, kapal tunda dan tongkang mengalami penurunan pendapatan 10,60 persen dari US$11,99 juta menjadi US$10,72 juta.
Baca Juga
Sedangkan pendapatan derek apung atau floating crane naik tipis 1,37 persen dari US$4,39 juta menjadi US$4,45 juta.
Selain itu, beban langsung pada 2020 menjadi sebesar US$50,98 juta, turun dibandingkan dengan beban langsung 2019 sebesar US$59,39 juta.
"Tantangan tetap berlanjut dalam mengelola perbaikan dan docking di pandemi ini. Namun kapal tongkakng telah berhasil mengatur ketersediaan fisik dan efisiensi operasionalnya," ungkap Burhan dalam public expose yang dilaksanakan secara virtual Rabu (28/4/2021).
Burhan melanjutkan pada kuartal I/2021 kontribusi segmen floating crane untuk perusahaan tercatat sebesar 29,3 persen dari total pendapatan perseroan.
Kemudian volume kargo yang ditangani oleh segmen tersebut juga sedikit meningkat sejalan dengan pendapatan menjadi 2,1 juta metrik ton dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 2 juta metrik ton. Hal tersebut yang kemudian berdampak pada penurunan kerugian perusahaan ungkap Burhan.
Di sisi lain, total liabilitas perseroan berhasil turun menjadi US$32,86 juta dibandingkan dengan posisi kuartal akhir 2020 sebesar US$38,05 juta.
Sementara itu, total aset MBSS juga menyusut menjadi US$188,27 juta daripada posisi akhir 2020 sebesar US$194,85 juta. Penurunan aset ini sejalan dengan realisasi dari aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual ungkap Burhan.
Pada kesempatan ini Burhan juga mengaku berharap adanya peningkatan permintaan atas pelayanan perseroan. Hal ini dikarenakan tren kenaikan batu bara yang terus berlanjut sejak akhir tahun 2020.
Selain itu, kemajuan program vaksinasi Covid-19 dan pencegahan pandemi saat ini dipercaya akan mengarah pada pemulihan ekonomi sehingga permintaan dan harga batu bara juga terpengaruh ungkap Burhan.
"Tren kenaikan harga batu bara yang terus berlanjut sejak akhir 2020 telah memicu harapan perseroan bahwa pada tahun 2021," kata Burhan.
Di lantai bursa, saham emiten yang dimiliki Lo Kheng Hong sebesar 6,059 persen itu bergerak menguat 0,45 persen ke level Rp444 pada perdagangan Rabu (28/4/2021). Kapitalisasi pasar MBSS di posisi Rp777,01 miliar.