Bisnis.com, JAKARTA - Emiten maskapai plat merah, PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) masih mencoba bertahan di tengah pengetatan larangan mudik Lebaran 2021. Padahal, selama ini Lebaran menjadi momentum meraih cuan. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkapkan mengikuti saja apa yang menjadi kebijakan pemerintah, walaupun dalam implementasinya akan memperlambat pemulihan bisnisnya.
"Kami ikut tentu saja [aturan pemerintah]. Strategi kami adalah dengan fokus ke angkutan kargo dan menyesuaikan penerbangan sesuai dengan permintaan," jelasnya kepada Bisnis, Jumat (23/4/2021).
Pemerintah baru saja memperketat mekanisme perjalanan transportasi pada saat musim mudik 2021, yakni pada H-14 peniadaan mudik dan H+7. Kebijakan itu diambil sebagai antisipasi lonjakan jumlah pemudik yang hendak pergi dalam rentang waktu tersebut.
Aturan tersebut terangkum dalam adendum Surat Edaran No. 13/2021 yang mengatur pengetatan persyaratan Pelaku Perjalanan dalam Negeri (PPDN) selama H-14 peniadaan mudik selama 22 April - 5 Mei 2021 dan H+7 peniadaan mudik (18 - 24 Mei 2021). Sementara itu, selama masa peniadaan mudik yang awalnya ditetapkan pada 6-17 Mei 2021, tetap berlaku aturan sebelumnya. Angkutan umum pun dilarang beroperasi.
Emiten bersandi GIAA pun terus menggenjot pendapatan dari sektor bisnis kargo guna membantu mengurangi gap akibat merosotnya pendapatan dari lini bisnis angkutan penumpang. Pendapatan utama perseroan saat ini masih ditopang sebesar 85 persen hingga 90 persen dari penumpang dan sisanya kargo.
Namun, pandemi berimplikasi kepada anak usaha lainnya dari layanan katering, jasa ground handling hingga pasar low cost carrier atau maskapai berbiaya murah yang dioperasikan oleh Citilink. Sementara itu, kondisi berbeda dialami untuk kargo yang selama pandemi bisa mencapai 50 persen dari pendapatan Garuda.
Baca Juga
“Ada bulan-bulan di masa pandemi ini kargo bisa mencapai 50 persen. Ke depan kami memiliki target dari kargo ini bisa mencapai 30 persen sampai 40 persen,” ujarnya.
Alhasil, sambungnya, tak mengherankan kalau nantinya akan banyak pesawat Garuda yang terbang tanpa penumpang. Guna memuluskan rencana itu, emiten berkode saham GIAA juga tengah menyiapkan untuk membuka jalur kargo. Untuk rute kargo tersebut penumpang juga masih diperbolehkan dengan kapasitas terbatas. "Perkembangan bisnis kargo membaik, tetapi tetap banyak ruang untuk dikembangkan," katanya.
Namun, Irfan juga menegaskan kendati kargo merupakan salah satu yang didorong kontribusinya tetapi bukan berarti layanan penumpang akan ditinggalkan. Adapun, untuk meningkatkan layanan dari penumpang ini, maskapai pelat merah tersebut akan memperbaiki frekuensi dan jadwalnya, termasuk mengoptimalkan layanan sewa atau charter yang juga tumbuh.
“Dengan alat produksi yang kami miliki saat ini memang kargo yang paling besar potensinya. Sambil kami terus melanjutkan sertifikasi khusus untuk produk farmasi. Potensi kargo sangat besar ada e-commerce domestik paling meningkat,” imbuhnya.
Selain itu, GIAA berencana menerbitkan kembali obligasi wajib konversi (OWK) sebesar Rp1,5 triliun atau setara US$104 juta. Emisi ini merupakan yang kedua kalinya setelah pada Desember 2020 perseron menerbitkan OWK pertama sebesar Rp1 triliun.
OWK ini merupakan bagian dari penyertaan modal negara (PMN) sebagai bagian dari dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) 2021. Penerbitan OWK kedua ini sebagai pengganti perjalanan internasional yang belum menunjukkan tanda kembali beroperasi dengan cepat di tengah pandemi Covid-19. Maskapai nasional ini sedang mengupayakan penerbitan OWK tersebut dengan menunjuk Sekuritasnya pada kuartal II/2021.
Pada penutupan perdagangan hari ini, Jumat (23/4/2021), harga saham GIAA bercokol di level 324. turun 1,22 persen atau 4 poin. Sementara, kapitalisasi pasarnya mencapai Rp8,39 triliun.