Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah emiten pertambangan batu bara tengah meracik ulang panduan operasionalnya seiring dengan pemerintah menaikkan target produksi batu bara 2021. Hal itu menjadi peluang emiten memacu kinerja di tengah tren penguatan harga batu bara global.
Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk. Apollonius Andwie C. mengatakan bahwa perseroan berencana menyesuaikan panduan produksi pada tahun ini seiring dengan kenaikan target produksi batu bara nasional.
“Saat ini masih dalam proses penghitungan, tapi perkiraannya kenaikan tidak akan jauh berbeda dari target 2021 sebelumnya yang sebesar 29,5 juta ton. Di mana angka tersebut merupakan produksi tertinggi perseroan,” ujar Pollo kepada Bisnis, Senin (19/4/2021).
Emiten berkode saham PTBA itu optimistis kinerja pada 2021 akan lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tidak hanya karena faktor harga batu bara yang masih berada di level tinggi, dia menilai kinerja juga akan didukung dengan pemulihan permintaan.
Dia menjelaskan bahwa kehadiran vaksin mendorong kondisi pasar secara global mulai pulih sehingga kebutuhan energi meningkat.
Direktur dan Corporate Secretary PT Bumi Resources Tbk. Dileep Srivastava memperkirakan kenaikan produksi perseroan sekitar 5 persen hingga 8 persen pada tahun ini.
Baca Juga
Emiten grup Bakrie bersandi BUMI itu mematok volume produksi 2021 85-90 juta ton, lebih tinggi daripada estimasi realisasi produksi 2020 sebesar 82 juta ton. Adapun, volume produksi 2021 BUMI itu juga merupakan volume tertinggi perseroan.
Dengan kenaikan produksi itu, BUMI mengincar penjualan ke China seiring dengan permintaan Negeri Panda itu tengah melimpah, tetapi terkendala pasokan.
“Kami memprioritaskan [penjualan] China, sekitar 20 persen dari total ekspor kami ke sana. China adalah importir batubara terbesar dan seiring dengan penguatan ekonomi mereka, wajar untuk mengharapkan peningkatan permintaan dari mereka,” ujar Srivastava kepada Bisnis, Senin (19/4/2021).
Secara terpisah, Head of Corporate Communications Indika Energy Ricky Fernando menjelaskan bahwa juga berharap pemulihan ekonomi China dapat berdampak baik terhadap kinerja perseroan, mengingat negara itu merupakan pasar utama ekspor batu bara Indonesia.
Oleh karena itu, emiten berkode efek INDY itu juga tengah melakukan pengkajian secara internal untuk menaikkan target produksi yang sudah ditetapkan sebelumnya.
“Saat ini kami masih melakukan pengkajian internal terkait kemungkinan mengajukan kenaikan target produksi,” ujar Ricky kepada Bisnis, Selasa (20/4/2021).
Adapun, INDY menargetkan produksi batubara mencapai 31,4 juta ton pada 2021. Dengan target masing-masing anak usaha yakni PT Kideco Jaya Agung sebesar 30 juta ton, sedangkan PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU) 1,4 juta ton.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT United Tractors Tbk., Sara K. Loebis mengatakan bahwa perseroan akan melakukan kajian ulang target produksi dengan mengacu realisasi pada kuartal I/2021.
Adapun, emiten berkode saham UNTR itu belum merilis laporan operasional untuk kuartal I/2021. Namun sebagai gambaran, untuk periode Januari-Februari 2021 UNTR melalui anak usahanya PT Tuah Turangga Agung berhasil menjual 2,62 juta ton batu bara.
Perolehan itu naik 38,5 persen dibandingkan dengan volume penjualan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 1,87 juta ton.
Adapun, UNTR menargetkan penjualan batu bara sebesar 9,3 hingga 9,5 juta ton, lebih tinggi daripada target 2020 sebesar 7,5 juta ton hingga 8 juta ton.
“Kami masih review apakah akan ada penyesuaian rencana, mengacu pada hasil kuartal I/2021. Kami akan review marketnya dan kemampuan kami untuk menyesuaikan produksi,” ujar Sara kepada Bisnis, Senin (19/4/2021).
Di sisi lain, PT Adaro Energy Tbk. (ADRO), belum memberikan sinyal untuk menaikkan target produksinya tahun ini seperti sejumlah emiten pertambangan batu bara lainnya.
Chief Financial Officer Adaro Energy Lie Luckman mengatakan bahwa perseroan akan mempertahankan target produksi yang sudah ditetapkan pada awal tahun ini sekitar 52-54 juta ton.
“Kami stick dulu ke produksi yang ditargetkan sebelumnya, sambil lihat kondisi market. Tentu kami akan menjaga harga dari pasar jangan sampai batu bara kita banjiri ke pasar yang bisa sebabkan menurunkan harga itu sendiri,” ujar Lie Luckman.
Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Senin (19/4/2021) harga batu bara Newcastle untuk kontrak Mei 2021 di bursa ICE turun 0,87 persen ke posisi US$91,6 per ton. Sepanjang tahun berjalan 2021, harga telah naik 13,23 persen.
Untuk diketahui, Pemerintah melalui Kementerian ESDM menetapkan adanya tambahan jumlah produksi batu bara, sebesar 75 juta ton untuk penjualan ke luar negeri. Dengan adanya penambahan tersebut, jumlah produksi batu bara pada 2021 meningkat menjadi 625 juta ton dari target sebelumnya 550 juta ton.
Volume Produksi Emiten Batu Bara 2021
Emiten | Target Produksi 2021 |
ADRO | 52-52 Juta Ton |
BUMI | 85-90 Juta Ton |
INDY | 31,4 Juta Ton |
PTBA | 29,5 Juta Ton |
UNTR | 9,3-9,5 Juta Ton |