Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Adaro (ADRO) Targetkan Produksi Coking Coal Capai 3 Juta ton pada 2023

Chief Financial Officer Adaro Energy Lie Luckman mengatakan bahwa perseroan menargetkan volume produksi coking coal pada 2021 berada di kisaran 2,4 juta ton hingga 2,5 juta ton.
Kegiatan pertambangan batu bara di wilayah operasional PT Adaro Energy Tbk./adaro.com
Kegiatan pertambangan batu bara di wilayah operasional PT Adaro Energy Tbk./adaro.com

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan batu bara, PT Adaro Energy Tbk., akan menggenjot produksi batu bara kalori tinggi atau coking coal.

Chief Financial Officer Adaro Energy Lie Luckman mengatakan bahwa perseroan menargetkan volume produksi coking coal pada 2021 berada di kisaran 2,4 juta ton hingga 2,5 juta ton.

Target tersebut hampir dua kali lipat dari realisasi produksi batu bara coking coal emiten berkode saham ADRO itu pada 2020 sebesar 1,5 juta ton.

Peningkatan produksi itu pun sejalan dengan sejumlah uji coba yang berhasil dilakukan oleh perseroan pada 2020.

Dia berharap, peningkatan produksi batu bara kalori tinggi ini dapat menyeimbangkan produksi batu bara kalori rendah atau thermal coal yang saat ini masih menjadi kontributor utama penjualan.

“Tahun ini kami coba maksimalkan dari coking coal-nya. Berharap lambat laun kami bisa mencapai dalam 2-3 tahun itu bisa mencapai 3 juta ton atau lebih,” ujar Luckman kepada media, Senin (19/4/2021).

Adapun, secara keseluruhan ADRO menargetkan volume produksi batu bara di kisaran 52 juta-54 juta ton pada 2021.

Sejalan dengan peningkatan produksi batu bara kalori tinggi, perseroan juga tengah membuka penetrasi pasar baru untuk batu bara jenis itu. Pasa terutama ditujukan kepada negara yang banyak memproduksi baja.

Dia pun mengungkapkan bahwa permintaan pasar terhadap coking coal dunia juga semakin prospektif.

Coking coal kami sedang jajaki Jepang, India, dalam negeri, juga ada China. Kami sedang giat-giatnya membuka pasar coking coal dan kenalkan produk batu bara AMC [Adaro Metcoal Companies] khususnya ke negara Asia yang menghasilkan baja,” papar Luckman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper