Bisnis.com, JAKARTA – Emas mencatatkan pekan terbaiknya sejak Desember 2020 dengan adanya penurunan imbal hasil obligasi dan laporan bahwa China sebagai pembeli terbesar bakal segera banyak impor emas.
Dilansir Bloomberg, Sabtu (17/4/2021), setelah hanya mengalami kenaikan tipis, harga emas melonjak lantaran adanya penurunan imbal hasil obligasi setelah dolar AS melemah selama sepekan. Rendahnya imbal hasil membuat emas makin diminati lantaran tak berbunga.
Penurunan dolar AS juga turut mendorong harga komoditas logam mulia lainnya. Bloomberg Commodity Index mencatat sepekan terakhir merupakan perdagangan terbaik selama 2021 berjalan.
Harga emas menunjukkan tak menunjukkan tanda penurunan lebih lanjut setelah mengalami penurunan selama tiga bulan berturut-turut. Harganya naik di atas rata-rata perdagangan 50 hari pada Kamis (14/4/2021) dan menjadi sinyal positif bagi para trader.
Pada penutupan perdagangan Jumat (15/4/2021), harga emas naik ke titik tertinggi sejak Februari setelah adanya laporan bahwa China telah memberikan izin kepada bank negaranya untuk mengimpor sejumlah besar emas untuk memenuhi kebutuhan domestik.
“Secara keseluruhan pendorong harga komoditas pekan ini karena adanya penurunan imbal hasil obligasi AS dan adanya pelemahan dolar yang cukup mengejutkan,” kata Ole Hansen, Head of Commodities Research at Saxo Bank.
Baca Juga
Harga emas, bersama minyak mentah dan tembaga melonjak dan berpotensi menjadi momentum untuk beli bagi trader atau spekulator.
Sampai dengan Jumat (15/4/2021), harga emas spot tercatat naik 0,8 persen menjadi US$1.778,17 per troy ons Harganya sudah naik sampai 2 persen dalam sepekan terakhir dan menjadi kenaikan per pekan terbesar sejak Desember 2020.
Sementara itu, harga emas berjangka Comex tercatat naik 0,8 persen ke US$1.780,20 per troy ons.
Sikap dovish Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell pada kebijakan moneter AS pekan ini juga dinilai membantu mendorong harga emas. Sikap tersebut membantu mengimbangi dampak dari perbaikan laporan ekonomi AS dan China yang bisa mengurangi permintaan logam mulia sebagai sarana investasi.
“Laporan ekonomi AS terlihat sudah jauh lebih baik dari yang diperkirakan pasar. Namun pelaku pasar sepertinya yakin Federal Reserve tidak akan bereaksi terhadap laporan tersebut,” ungkap Analis Commerzbank AG Daniel Briesemann.
Selain emas, harga logam mulia lain juga terkerek dengan paladium tercatat naik 1,2 persen setelah menyentuh titik tertingginya dalam kurun waktu lebih dari satu tahun. Paladium yang sempat mencetak rekor di harga US$2.883,89 pada Februari 2020 terdorong dari adanya aturan pembatasan emisi sehingga penggunaannya makin besar sebagai autokatalis.