Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Obligasi dan Dolar AS Melemah, Giliran Emas Naik ke Posisi Tertinggi 7 Pekan

Emas melonjak ke posisi tertinggi dalam 7 pekan terakhir, ditopang melemahnya imbal hasil obligasi dan dolar AS serta laporan terbaru dari China.
Aneka emas batangan beragam ukuran dan bentuk. Harga emas dunia mendekati level US$2.000 per troy ounce dan diperkirakan akan terus menguat seiring dengan pelemahan dolar AS./Bloomberg
Aneka emas batangan beragam ukuran dan bentuk. Harga emas dunia mendekati level US$2.000 per troy ounce dan diperkirakan akan terus menguat seiring dengan pelemahan dolar AS./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Emas kembali ke posisi tertinggi sejak Februari 2021, seiring dengan menurunnya imbal hasil obligasi AS dan laporan bahwa China bakal meningkatkan impor komoditas tersebut.

Bloomberg melansir Jumat (16/4/2021), emas naik 0,8 persen ke posisi US$1.778,91 per ounce. Sepanjang pekan ini, emas sudah menguat 1,9 persen.

Setelah selama beberapa pekan terakhir mengalami pelemahan, emas mengalami kenaikan setelah imbal hasil surat utang AS dan dolar AS balik melemah.

Harga terus menguat setelah adanya laporan dari media internasional bahwa Pemerintah China telah memberikan izin kepada perbankan untuk mengimpor emas dalam jumlah besar demi memenuhi permintaan domestik. Sumber yang tidak disebutkan namanya menyatakan akan ada sekitar 150 ton yang dikirim pada beberapa bulan ke depan.

Peningkatan permintaan emas dari Negeri Panda sudah terjadi pada awal tahun ini, terutama menjelang Imlek. Jumlahnya lebih dari 2 kali lipat periode yang sama pada 2020.

Bulan lalu, Metals Focus memproyeksi permintaan emas dari negara tersebut akan bertumbuh hampir 30 persen pada 2021.

Laporan ekonomi terbaru dari AS dan China juga terus dipantau oleh para pedagang emas, yang menunjukkan melonjaknya pengeluaran belanja seiring pemulihan ekonomi. Pernyataan dovish Gubernur The Fed Jerome Powell terhadap kebijakan moneter AS turut menopang emas.

"Data ekonomi yang dipublikasikan di AS kemarin [Kamis (15/4)] lebih baik dari perkiraan pasar. Sepertinya pasar meyakini pernyataan The Fed bahwa mereka kali ini tidak akan bereaksi terhadap data yang bagus dan akan menoleransi 'memanasnya' ekonomi," tutur analis Commerzbank AG Daniel Briesemann.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper