Bisnis.com, JAKARTA — Emas kembali ke posisi tertinggi sejak Februari 2021, seiring dengan menurunnya imbal hasil obligasi AS dan laporan bahwa China bakal meningkatkan impor komoditas tersebut.
Bloomberg melansir Jumat (16/4/2021), emas naik 0,8 persen ke posisi US$1.778,91 per ounce. Sepanjang pekan ini, emas sudah menguat 1,9 persen.
Setelah selama beberapa pekan terakhir mengalami pelemahan, emas mengalami kenaikan setelah imbal hasil surat utang AS dan dolar AS balik melemah.
Harga terus menguat setelah adanya laporan dari media internasional bahwa Pemerintah China telah memberikan izin kepada perbankan untuk mengimpor emas dalam jumlah besar demi memenuhi permintaan domestik. Sumber yang tidak disebutkan namanya menyatakan akan ada sekitar 150 ton yang dikirim pada beberapa bulan ke depan.
Peningkatan permintaan emas dari Negeri Panda sudah terjadi pada awal tahun ini, terutama menjelang Imlek. Jumlahnya lebih dari 2 kali lipat periode yang sama pada 2020.
Bulan lalu, Metals Focus memproyeksi permintaan emas dari negara tersebut akan bertumbuh hampir 30 persen pada 2021.
Baca Juga
Laporan ekonomi terbaru dari AS dan China juga terus dipantau oleh para pedagang emas, yang menunjukkan melonjaknya pengeluaran belanja seiring pemulihan ekonomi. Pernyataan dovish Gubernur The Fed Jerome Powell terhadap kebijakan moneter AS turut menopang emas.
"Data ekonomi yang dipublikasikan di AS kemarin [Kamis (15/4)] lebih baik dari perkiraan pasar. Sepertinya pasar meyakini pernyataan The Fed bahwa mereka kali ini tidak akan bereaksi terhadap data yang bagus dan akan menoleransi 'memanasnya' ekonomi," tutur analis Commerzbank AG Daniel Briesemann.