Bisnis.com, JAKARTA – Penerbitan Medium Term Notes (MTN) diyakini masih akan cukup baik pada tahun ini mengingat persyaratan penerbitan yang lebih mudah.
Head of Research & Market Information Department PHEI Roby Rushandie mengatakan, prospek penerbitan MTN untuk tahun ini masih cukup positif.
Ia menjelaskan, salah satu katalis yang mendukung prospek MTN adalah tren suku bunga saat ini. Ia memaparkan, ditengah suku bunga rendah, MTN masih bisa jadi alternatif bagi investor.
Selain itu, penerbitan MTN juga dapat menjadi alternatif bagi emiten yang kesulitan mendapatkan pendanaan baik dari kredit perbankan maupun penerbitan obligasi.
"Umumnya, kupon yang ditawarkan MTN akan lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi konvensional," jelasnya saat dihubungi pada Selasa (13/4/2021).
Meski demikian, Roby juga menambahkan bahwa risiko MTN akan jauh lebih tinggi dibandingkan surat utang biasa. Hal ini karena sifat MTN yang tidak harus memiliki rating atau peringkat.
Baca Juga
Menurutnya, kemudahan dalam menerbitkan MTN akan menjadi pertimbangan perusahaan kedepannya untuk mencari pendanaan.
Sebelumnya, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan, menurunnya porsi MTN pada reksa dana disebabkan oleh tren negatif yang terjadi pada instrumen ini.
Ramdhan memaparkan, dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah MTN yang diterbitkan mengalami gagal bayar. Hal ini berdampak kepada kepercayaan pelaku pasar terhadap keamanan dan likuiditas MTN.
“Penurunan minat ini tidak hanya terjadi pada reksa dana, tetapi hampir di seluruh lini,” jelasnya saat dihubungi pada Selasa (13/4/2021).
Ia melanjutkan, dengan rekam jejak yang buruk selama beberapa waktu belakangan, instrumen MTN kini tidak begitu dilirik oleh pasar. Minat investor pun juga amat bergantung pada hubungan khusus pada penerbit, sehingga penyerapannya dinilai tidak akan maksimal.
Menurutnya, salah satu keunggulan MTN pada awalnya adalah proses penerbitan yang lebih mudah. Dari sisi kebijakan, penerbit MTN tidak perlu melakukan pencatatan di bursa atau hal-hal lain yang perlu dilakukan untuk penerbitan surat utang konvensional.
Meski demikian, regulasi yang kendur ini berimbas pada volatilitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan obligasi konvensional. Volatilitas pada pasar surat utang akan lebih terasa pada MTN sehingga kini penerbitan instrumen tersebut harus melalui proses pencatatan di bursa.
“Dengan volatilitas pasar yang tinggi seperti saat ini, investor atau MI juga akan berpikir dua kali sebelum membeli MTN. Mereka umumnya memilih obligasi korporasi konvensional atau Surat Berharga Negara (SBN) karena lebih menarik dan aman,” jelas Ramdhan.
Lebih lanjut, Ramdhan menuturkan, meski sejumlah regulasi terkait penerbitan MTN telah diperbarui dan diperketat, pemulihan minat investor atau manajer investasi masih membutuhkan waktu yang cukup lama.
Selain itu, para pemangku kepentingan terkait juga dinilai perlu melakukan edukasi dan literasi lebih lanjut terkait regulasi-regulasi baru tersebut. Hal ini agar minat pasar terhadap instrumen MTN dapat pulih.