Bisnis.com, JAKARTA — Para pelaku industri pasar modal mengaku masih optimistis pasar saham akan berada dalam tren positif dan mampu mendekati level 7.000 di akhir tahun ini.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali terperosok ke bawah level 6.000 untuk kesekian kalinya dalam sebulan terakhir. Pada perdagangan Senin (12/4/2021), indeks komposit parkir di level 5948,56 setelah terkoreksi 2,00 persen.
Adapun, koreksi ini membuat kinerja IHSG sepanjang tahun berjalan menjadi negatif yakni -0,51 persen.
Chief Economist Tanamduit Ferry Latuhihin mengaku masih optimistis IHSG akan kembali bangkit dan bergerak agresif di sisa tahun ini. Bahkan, dia masih mempertahankan target IHSG bisa mencapai level 7.000 di akhir tahun ini.
Menurutnya, beberapa katalis negatif yang membebani pergerakan IHSG beberapa waktu belakangan antara lain tren kenaikan US Treasury 10 tahun dan proses vaksinasi di dalam negeri yang terhambat.
Dia meyakini di kuartal II/2021 hal tersebut dapat mereda seiring pergerakan US Treasury yang mulai cooling down dan upaya pemerintah yang terus melakukan pendekatan dengan sejumlah produsen vaksin untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
“Saya yakin akan terjadi akselerasi di Q2/2021 ini yang memberikan business sentiment lebih baik dan consumer confidence yang baik,” tutur dia dalam sesi diskusi daring, Senin (12/4/2021)
Selain itu, dia menyebut pemulihan pasar akan jauh lebih agresif di paruh kedua tahun ini. Pun, Ferry mengaku tak melihat adanya titik balik yang membuat keadaan kembali pada kondisi krisis seperti tahun lalu.
“In conclusion saya enggak punya alasan untuk mengubah proyeksi bahwa indeks akan ke 7000 tahun ini. Saya yakin ekonomi akan terakselerasi pertumbuhannya, bisa 7—8 persen dibandingkan tahun lalu yang low base. Akselerasi akan terjadi lebih cepat di Q3—Q4,” tegasnya.
Baca Juga : Sepinya Transaksi dan Pelemahan Rupiah Bikin IHSG Anjlok 2 Persen |
Untuk sektor penggerak IHSG, Ferry menyebut sektor finansial khususnya perbankan akan menjadi pendorong utama, ditambah juga dengan adanya kehadiran emiten-emiten baru di bursa yang akan meramaikan pasar modal.
Senada, Chief Investment Officer UOB Asset Management Indonesia Albert Z Budiman juga mamasang target optimistis untuk IHSG di akhir tahun ini, yakni sama-sama meyakini indeks komposit bisa finis di level 7.000.
Menurutnya, saat ini kondisi pandemi sudah tak menghalangi proses pemulihan ekonomi mengingat aktivitas masyarakat mulai berangsur normal. Selain itu, program vaksinasi juga terus digenjot oleh pemerintah.
Selain itu, dia menilai sejumlah katalis positif lain akan ikut menjadi bahan bakar IHSG menuju level 7.000, salah satu yang utama adalah masuknya perusahaan unicorn ke lantai bursa dalam negeri.
“Merger Gojek-Tokopedia tahun ini akan mendorong performance indeks kita, saya pikir kalau mereka sudah listing orang engak ada alasan lagi untuk beli [saham] di luar negeri karena dulu kalau mau beli saham teknologi kan belum ada,” ujar Albert.
Baca Juga : Indeks Bisnis-27 Ikut Terkoreksi, Hanya CPIN dan MIKA yang Menghijau |
Dia menilai kehadiran perusahaan teknologi akan menaikkan daya tarik pasar modal Indonesia di mata investor asing sehingga arus dana asing akan kembali deras ke dalam negeri.
“Saat investor luar masuk ke kita, gak cuma ke Gojek-Tokopedia saja tapi mereka akan masuk ke sektor-sektor lain, salah satu yang paling menarik adalah sektor bank dan produk-produk yang punya portofolio sektor bank juga akan diuntungkan,” tutur dia.
Lebih lanjut dia mencontohkan produk reksa dana indeks yang mengacu pada Bisnis-27 yaitu UOBAM Indeks Bisnis 27 yang hampir separuh portofolionya berisi saham-saham perbankan big caps.
“Kenapa indeks Bisnis-27 itu prospektif? Karena hampir 50 persen bobotnya ada di financial bank dan saya pikir itu proxy yang penting karena bank merupakan driver pertumbuhan pasar Indonesia. Asing itu pasti paling duluan memburu bank,” jelas dia.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur Bisnis Indonesia Lulu Terianto menjelaskan bahwa indeks yang diterbitkan pada 27 Januari 2009 ini memilih konstituen berdasarkan perhitungan teknikal dan fundamental.
Baca Juga : Indeks Bisnis-27 Jadi Pilihan Investasi Reksa Dana |
Lulu menuturkan anggota konstituen indeks Bisnis-27 dievaluasi 2 kali setahun yakni pada April dan Oktober untuk memilih emiten-emiten yang sesuai dengan standar yang ditetapkan tim analis Bisnis Indonesia untuk anggota konstituen Bisnis 27.
“Kita lihat dia punya transaksi, dia punya laba—rugi dan kinerja saat itu. Bagaimana juga likuiditasnya di pasar, agar dapat memberikan return investment yang stabil, yang baik untuk investor,” jelas Lulu.
Dia juga menyebut produk berbasis indeks Bisnis-27 biasanya digemari oleh para investor institusi yang mencari acuan investasi yang lebih konservatif, seperti dana pensiun. Namun, juga kerap menjadi pilihan investor individu.
“Biasanya individu juga ada tapi lebih kepada long term investment, pengganti deposito yang terus turun. Kalau dari sisi corporate itu lebih daripada dana pensiun, yang konservatif-konservatif,” tutupnya.