Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat menghentikan reli penguatan pada perdagangan Selasa (6/3/2021) di tengah rendahnya volume perdagangan karena investor menantikan dimulainya musim laporan keuangan.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 0,29 persen ke 33.430,24, sedangkan indeks S&P 500 ditutup melemah 0,1 persen ke 4.073,94 dan Nasdaq Composite melemah 0,05 persen ke 13.698,38.
Volume perdagangan di bursa Wall Street turun di bawah 10 miliar saham untuk pertama kalinya tahun ini. Perusahaan teknologi memimpin penurunan indeks S&P 500 pada hari Selasa, mengimbangi penguatan saham-saham emiten ritel.
Sementara itu, saham terkait dengan skandal Archegos Capital Management ditutup menguat karena investor mengabaikan berita bahwa Credit Suisse Group AG melakukan force sell saham senilai US$2 miliar dari likuidasi dana Bill Hwang.
Perdagangan cenderung melambat dalam beberapa hari terakhir karena investor bergulat dengan fluktuasi liar sambil menunggu dimulainya musim laporan pendapatan. Sementara itu,
Berdasarkan data analis Bank of America Corp., nilai transaksi saham pada kuartal I/2021 mencapai rekor sebesar US$372 miliar, yang didorong oleh gelontoran stimulus dan ekspektasi pada pemulihan ekonomi.
Baca Juga
Data mengonfirmasi sentimen pasar bullish yang telah mendorong saham ke posisi tertinggi baru, dengan optimisme atas upaya vaksinasi yang melebihi kekhawatiran bahwa imbal hasil obligasi yang lebih tinggi dapat mengganggu reli.
Kepala strategi investasi Ally Invest Lindsey Bell mengatakan momentum pasar saham masih kuat namun pasar saat ini tengah mengambil jeda sejenak.
“Investor saat ini mencerna semua kabar baik, menentukan berapa banyak yang diperkirakan dan menimbangnya dengan risiko yang tidak pasti seperti inflasi," ungkap Bell, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (6/4/2021).
Di sisi ekonomi, data menunjukkan lowongan pekerjaan AS naik ke level tertinggi dua tahun terakhir pada bulan Februari, dipimpin oleh kenaikan di sektor industri yang terpukul paling parah selama pandemi.
Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) meningkatkan perkiraan pertumbuhan global untuk kedua kalinya dalam tiga bulan terakhir, sambil memperingatkan tentang perbedaan antara negara maju dan negara kurang berkembang.