Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ikut Tren di Asia, Rupiah Kembali Dibuka di Zona Merah

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terpantau terkoreksi 10 poin atau 0,07 persen ke level Rp14.455 per dolar AS.
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (3/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (3/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali dibuka melemah pada perdagangan Selasa (30/3/2021).

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terpantau terkoreksi 10 poin atau 0,07 persen ke level Rp14.455 per dolar AS.

Tren pelemahan juga terjadi pada mayoritas mata uang di Asia, dengan won Korea Selatan mengalami penurunan terbesar sejauh ini sebanyak 0,17 persen. Menyusul dibelakangnya adalah yen Jepang yang melemah 0,08 persen.

Sebelumnya, FX Senior Dealer Bank Sinarmas Deddy mengatakan, nilai tukar rupiah pada hari ini berpeluang berbalik menguat. Hal ini seiring dengan sikap pasar yang menanti rilis data inflasi Indonesia pada 1 April mendatang di mana inflasi diperkirakan masih terjaga di level 1,40 persen secara year-on-year dan 0,1 persen secara month-on-month.

“Range pergerakan rupiah untuk besok kemungkinan di level Rp14.400 hingga Rp14.500," katanya saat dihubungi pada Senin (29/3/2021) kemarin. 

Menurutnya, pergerakan nilai rupiah pada Senin kemarin dipengaruhi oleh masih tingginya tingkat permintaan korporasi terhadap dolar AS. Hal ini memang umumnya terjadi jelang penutupan kuartal I tiap tahun.

Selain itu, koreksi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga berdampak negatif terhadap pergerakan nilai tukar rupiah. Meski demikian, ia menilai pergerakan rupiah pada hari ini masih dalam batas wajar.

“Rupiah sebenarnya masih stabil karena masih bergerak di kisaran normalnya saat ini,” ujarnya.

Sementara itu, Macroeconomic Analyst Bank Danamon Irman Faiz menjelaskan faktor pelemahan rupiah hari ini masih disebabkan oleh arus modal asing yang cenderung keluar dari pasar obligasi Tanah Air.

Adapun, outflow yang terjadi di pasar obligasi menyusul kenaikan yield obligasi AS bertenor 10 tahun atau US Treasury belakangan ini walaupun sempat turun setelah data inflasi di Negeri Paman Sam tak setinggi perkiraan.

“Tapi, kami melihat lelang Treasury Notes di AS masih akan tinggi untuk kebutuhan stimulus US$1,9 triliun. Jadi, tekanan [ke rupiah] masih akan ada,” kata Faiz. 

Apalagi, lanjut Faiz, Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell dan Menteri Keuangan AS Janet Yellen di kongres mengatakan kenaikan yield Treasury AS ini tidak menjadi kekhawatiran (concern) keduanya. 

Artinya, para pembuat kebijakan di Negeri Paman Sam memandang fenomena yield ini suatu hal yang wajar. 

Kendati demikian, Faiz mengingatkan bahwa Indonesia masih memiliki cadangan devisa yang memadai serta neraca perdagangan yang surplus. Keduanya dinilai bakal dapat menahan laju pelemahan rupiah.

Faiz memperkirakan rupiah bakal bisa bergerak stabil pada kisaran Rp14.350 - Rp14.450 per dolar AS pada hari ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper