Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan mineral, PT Ifishdeco Tbk., menilai volatilitas saham hingga berujung penggembokan sahamnya murni didorong oleh spekulasi pasar.
Untuk diketahui, saham emiten berkode IFSH itu sempat digembok oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan 19 Maret 2021 menyusul peningkatan harga kumulatif yang signifikan. Gembok baru dibuka oleh otoritas pada perdagangan 22 Maret 2021.
Sebelumnya, IFSH juga mendapatkan peringatan dari BEI karena peningkatan harga saham yang di luar kebiasaan atau Unusual Market Activity (UMA) pada 1 Maret 2021.
Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Kamis (25/3/2021) IFSH parkir di level Rp950 per saham, naik 5,56 persen. Dalam 1 bulan terakhir, IFSH telah naik 35,71 persen. Sementara itu, sepanjang tahun berjalan 2021 IFSH menguat 139,9 persen.
Sekretaris Perusahaan Ifishdeco Christo Pranoto menilai bahwa volatilitas yang terjadi terhadap saham IFSH disebabkan oleh ekspektasi pasar terhadap industri nikel secara keseluruhan. Pasalnya, dalam waktu dekat perseroan tidak memiliki rencana aksi korporasi apapun.
“Saya rasa ini disebabkan oleh ekspektasi pasar terhadap usaha tambang nikel karena secara umum industri nikel semakin prospektif,” ujar Christo saat paparn publik insidentil, Kamis (25/3/2021).
Baca Juga
Dia menjelaskan, permintaan nikel semakin bertumbuh baik seiring dengan permintaan stainless steel juga akan tumbuh, terutama di China, karena prospek kebutuhan rumah tangga yang meningkat. Untuk diketahui, nikel merupakan salah satu bahan baku stainless steel.
Selain itu, prospek cerah itu juga didukung oleh proyeksi permintaan nikel sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik yang semakin marak. Atas proyeksi tersebut, harga nikel pun berhasil menguat hingga ke level tertinggi.
Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Rabu (24/3/2021) harga nikel di bursa London berada di posisi US$16.190 per ton, naik 0,25 persen. Harga nikel sempat menyentuh level tertinggi US$19.970 per ton pada medio Februari.