Bisnis.com, JAKARTA – Harga logam dasar seperti seng, aluminium dan tembaga kompak terkoreksi menghentikan kenaikan di mingguan keenam beruntun nya.
Berdasarkan data Bloomberg, harga seng di bursa London Metal Exchange (LME) mencatatkan penurunan terdalam pada perdagangan Jumat (11/12/2020), dengan koreksi sebesar 2,51 persen atau 72 poin ke level US$2.795 per metrik ton.
Anjloknya harga seng juga diikuti aluminium yang juga merosot 1,82 persen ke level US$2.022,5 per metrik ton. Harga tembaga juga ditutup melemah 1,34 persen atau 105,5 persen ke level US$7,772,5 per metrik ton pada akhir pekan ini.
Padahal, harga tembaga sempat menguat 1,2 persen menjadi $7.973,5 per metrik ton, tertinggi sejak Februari 2013.
Harga enam logam dasar lainnya juga kompak turun, memperkecil keuntungan Indeks LMEX yang menguat selama enam minggu. Padahal, indeks LMEX sendiri ditutup pada posisi tertinggi sejak Juni 2018 pada perdagangan Kamis (10/12/2020) lalu.
Koreksi harga logam dasar terpantik sentimen investor yang mempertimbangkan hasil data ketenagakerjaan di Amerika Serikat yang mengecewakan, sehingga meredupkan prospek untuk kesepakatan stimulus.
Data ketenagakerjaan AS menunjukkan bahwa semakin banyak bisnis yang tidak beroperasi akibat pandemi yang memicu banyaknya karyawan yang kehilangan pekerjaan.
Baca Juga : Beda Nasib Emas dan Tembaga Makin Kentara |
---|
Sementara, nasib paket bantuan tambahan belum menemukan titik terang karena Demokrat dan Republik masih terus bernegosiasi.
Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell saat ini juga ikut serta dalam proposal bantuan stimulus yang dicanangkan Menteri Keuangan Steven Mnuchin sebesar US$916 miliar.
Namun, Ketua DPR Nancy Pelosi melihat rencana bantuan lain yang digaungkan oleh kelompok bipartisan anggota perlemen sebesar US$908 miliar bisa jadi kesepakatan yang terbaik saat ini.
Harga tembaga diketahui telah melonjak lebih dari 70 persen dari level terendahnya pada Maret 2020 saat China memimpin pertumbuhan ekonomi global pasca krisis pandemi Covid-19.
Adapun, Morgan Stanley mengharapkan lebih banyak sentimen yang mendukung reli harga komoditas. Meskipun begitu, perusahaan bank investasi dan broker ritel itu juga melihat pola headwinds disebabkan impuls kredit China yang masih moderat, dan tidak jelasan kestabilan mata uang, penggelontoran stimulus, dan pemulihan pasokan.
Selain hambatan makro, analis Goldtrust Futures Co. Jia Zheng juga mengatakan koreksi harga biji besi berjangka di China juga mempengaruhi sentimen untuk pergerakan harga logam dasar.