Bisnis.com, JAKARTA—Tingkat imbal hasil atau yield obligasi pemerintah yang terus menanjak turut memberikan dampak bagi penerbitan surat utang korporasi.
Berdasarkan data worldgovernmentbonds.com, yield surat utang negara (SUN) 10 tahun Indonesia saat ini ada di level 6,85 persen, terus mengalami kenaikan dari posisi akhir 2020 lalu di kisaran 5,92 persen.
Analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Danan Dito mengatakan tingkat imbal hasil obligasi pemerintah alias SUN memang menjadi acuan tingkat imbal hasil obligasi korporasi yang akan terbit.
Alhasil, tingkat yield obligasi pemerintah yang tinggi mau tak mau membuat perusahaan penerbit harus menawarkan kupon yang lebih tinggi dari SUN agar menambah daya tarik bagi surat utang yang diterbitkannya.
“Jadi dengan yield yang sedang tinggi, interest rate pasti naik. Ini meningkatkan biaya penerbitan obligasi perusahaan itu,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (23/3/2021).
Menurutnya, hal ini akan membuat perusahaan penerbit berpikir ulang untuk merilis obligasi, khususnya bagi mereka yang memiliki ruang finansial terbatas karena cost of fund yang meningkat.
Baca Juga
“Untuk yang punya NIM [net interest margin] cukup rendah, kalau kenaikan cost of fund-nya cukup jauh, bisa jadi ada penurunan nilai atau bahkan dibatalkan, atau menunggu dulu sampai yield turun kembali,” tuturnya lebih lanjut.
Akan tetapi, bagi perusahaan yang masih memiliki cukup ruang untuk pembengkakan cost of fund, Danan menilai perusahaan tersebut kemungkinan masih akan terus melanjutkan rencana emisinya.
“Ini juga tergantung bagaimana pandangan perusahaan terhadap pertumbuhan di tahun ini, kalau kinerjanya diproyeksi bagus, ya bisa jadi [penerbitan obligasi] tetap lanjut karena untuk membiayi kegiatan bisnis,” ujar dia.
Sebelumnya, awal tahun ini Pefindo memproyeksi penerbitan surat utang pada 2021 mencapai Rp140,77 triliun. Hal tersebut salah satunya didorong oleh jumlah surat utang yang akan jatuh tempo pada 2021 yang cukup besar, yaitu mencapai Rp121 triliun, sehingga akan banyak penerbitan untuk keperluan refinancing.
Adapun, angka proyeksi tersebut lebih besar daripada realisasi emisi surat utang korporasi sepanjang 2020 yang hanya mencapai Rp96,6 triliun.. Kondisi pasar seiring dengan pertumbuhan ekonomi tahun ini diharapkan membaik sehingga dapat mendorong emiten percaya diri menerbitkan surat utang.