Bisnis.com, JAKARTA - Emiten semen PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. menyebut penurunan pendapatan yang terjadi pada 2020 disebabkan oleh kontraksi volume penjualan dan efek campuran dari harga jual rata-rata yang lebih rendah.
Direktur Indocement David Clarke mengatakan penurunan sejumlah beban membuat laba perseroan tidak turun terlalu dalam pada tahun lalu. Namun, harga jual rata-rata keseluruhan yang lebih rendah sebesar minus -1,4 persen masih menjadi tekanan tambahan terhadap top line.
“[Penurunan] beban pengeluaran tersebut sejalan dengan volume penjualan yang lebih rendah pada 2020,” kata Clarke dalam paparan publik, Jumat (19/3/2021).
Baca Juga : INTP Incar Pasar Ekspor Baru |
---|
Berdasarkan laporan keuangan per Desember 2020 yang dipublikasikan di harian Bisnis Indonesia, Indocement mencatatkan pendapatan senilai Rp14,18 triliun pada akhir tahun lalu atau turun 11,01 persen dibandingkan dengan 2019, yang senilai Rp15,93 triliun.
Kendati demikian, laba emiten dengan kode saham INTP ini hanya terkoreksi 1,57 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp1,80 triliun dari sebelumnya Rp1,83 triliun.
Clarke menunjukkan beban pokok pendapatan perseroan turun 13,1 persen pada 2020 menjadi Rp9,07 triliun dari sebelumnya Rp10,43 triliun. Penurunan ini utamanya disebut berasal dari volume penjualan yang lebih rendah.
Sementara penurunan biaya bahan bakar dan listrik per ton sebesar 10,9 persen dijelaskan Clarke berasal dari pelemahan harga batu bara pada 2020 dibandingkan dengan 2019.
Pada saat bersamaan, produsen semen Tiga Roda ini juga meningkatkan penggunaan batu bara rendah karbon (LCV) dan menambah penggunaan bahan bakar alternatif.
“[Efisiensi juga] termasuk penghematan biaya dari lebih banyaknya penggunaan rapat secara online dan platform digital untuk aktivitas penjualan sehingga berdampak pada pengurangan biaya perjalanan bisnis,” jelas Clarke