Bisnis.com, JAKARTA—Emiten pemurnian gas alam dan kimia dasar PT Surya Esa Perkasa Tbk. bersiap memproduksi blue ammonia (amonia biru) di Indonesia.
Berdasarkan keterbukaan bursa, emiten berkode ESSA tersebut mengumumkan penandatanganan nota kesepahaman tentang penangkapan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon (carbon capture, utilization and storage (CCUS) untuk produksi blue ammonia di Tanah Air.
ESSA melalui anak usahanya, PT Panca Amara Utama (PAU) akan bekerja sama dengan Japan Oil, Gas and Metals National Corporation (JOGMEC), Mitsubishi Corporation dan Institut Teknologi Bandung (“ITB”) untuk mengembangkan produksi amonia rendah karbon tersebut.
Amonia sendiri diketahui memiliki kegunaan utama sebagai bahan baku pupuk, plastik, dan bahan kimia di seluruh dunia.
Adapun, dalam beberapa tahun terakhir, peran amonia sebagai telah berkembang pesat karena kandungan hidrogennya yang tinggi, nol emisi CO2 selama pembakaran, dan logistik pengiriman yang telah terbukti.
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer ESSA Vinod Laroya menjelaskan ESSA berencana menggunakan teknologi CCUS untuk merealisasikan produksi blue ammonia di Pabrik Amonia Banggai di Banggai, Sulawesi Tengah.
Menurutnya, kerja sama ini merupakan bentuk invetasi dalam mengembangkan masa depan usaha yang berkelanjutan, termasuk dalam pemilihan mitra yang memiliki rekam jejak yang baik dan berkomitmen tinggi terhadap lingkungan.
“Pabrik Amonia Banggai kami merupakan pabrik pertama yang mengaplikasikan teknologi amonia terbaru di dunia, menempatkan Indonesia di garis depan produksi Amonia,” tuturnya.
Laroya mengharapkan, dengan kerjasama ini perseroan dapat membuka jalan bagi Indonesia untuk memainkan peran terdepan dalam penyediaan bahan bakar masa depan, dimulai dengan produksi blue ammonia.
Untuk diketahui, per 30 September 2020 kepemilikan saham mayoritas ESSA digenggam oleh PT Trinugraha Akraya Sejahtera sebesar 23,1 persen, diikuti PT Ramaduta Teltaka sebesar 14,78 persen, Chander Vinod Laroya sebesar 13,03 persen, Sugito Waluyo sebesar 5,37 persen, dan publik sebesar 32 persen.
Sejumlah nama konglomerat tercatat ikut mengempit saham ESSA, antara lain TP Rachmat dan Boy Thohir masing-masing 4,05 persen dan 3,61 persen. TP Rachmat adalah Wakil Presiden Komisaris ESSA sedangkan Boy Thohir menempati posisi Komisaris.