Bisnis.com, JAKARTA – Kekhawatiran laju inflasi Amerika Serikat kembali mengguncang Wall Street pada awal perdagangan Kamis (18/3/2021).
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Nasdaq Composite merosot 1,66 persen pada awal perdagangan, sedangkan indeks S&P 500 melemah 0,65 persen. Di sisi lain, indeks Dow Jones Industrial Average menguat tipis 0,06 persn.
Imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun naik 0,1 poin ke level 1,746. Ini merupakan level tertinggi sejak Januari 2020. Sementara itu, Imbal hasil obligasi tenor 30 tahun menembus 2,5 persen.
Kesediaan bank sentral AS Federal Reserve untuk terus memberikan dukungan terhadap perekonomian dan bakal membiarkan inflasi menguat telah memicu ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.
"Dilihat dari kenaikan imbal hasil pada Kamis pagi, pasar keuangan khawatir The Fed mungkin terlalu santai menanggapi laju pertumbuhan ekonomi yang terlalu panas dan inflasi yang tak terkendali," ungkap ekonom senior Federated Hermes Silvia Dall'Angelo, seperti dikutip Bloomberg.
"Volatilitas di pasar obligasi kemungkinan akan berlanjut, didorong oleh ketidakjelasan reaksi The Fed," lanjutnya.
Di Asia, pasar saham masih didorong oleh antusiasme prospek Fed terhadap laju pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat, didorong oleh saham produsen mobil dan perbankan yang menguat.
Sementara itu, harga minyak mentah melemah menyusul kenaikan cadangan minyak AS yang mencapai 500 juta barel. Sementara itu, International Energy Agency mengatakan pasokan global berlimpah.