Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Khawatir Laju Inflasi AS, Wall Street Terguncang

Indeks Nasdaq Composite merosot 1,66 persen pada awal perdagangan, sedangkan indeks S&P 500 melemah 0,65 persen. Di sisi lain, indeks Dow Jones Industrial Average menguat tipis 0,06 persn.
Aktivitas perdagangan saham di New York Stock Exchange. Wall Street kembali mencetak rekor tertinggi setelah reli saham-saham teknologi, Selasa (1/9/2020)./Bloomberg
Aktivitas perdagangan saham di New York Stock Exchange. Wall Street kembali mencetak rekor tertinggi setelah reli saham-saham teknologi, Selasa (1/9/2020)./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Kekhawatiran laju inflasi Amerika Serikat kembali mengguncang Wall Street pada awal perdagangan Kamis (18/3/2021).

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Nasdaq Composite merosot 1,66 persen pada awal perdagangan, sedangkan indeks S&P 500 melemah 0,65 persen. Di sisi lain, indeks Dow Jones Industrial Average menguat tipis 0,06 persn.

Imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun naik 0,1 poin ke level 1,746. Ini merupakan level tertinggi sejak Januari 2020. Sementara itu, Imbal hasil obligasi tenor 30 tahun menembus 2,5 persen.

Kesediaan bank sentral AS Federal Reserve untuk terus memberikan dukungan terhadap perekonomian dan bakal membiarkan inflasi menguat telah memicu ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.

"Dilihat dari kenaikan imbal hasil pada Kamis pagi, pasar keuangan khawatir The Fed mungkin terlalu santai menanggapi laju pertumbuhan ekonomi yang terlalu panas dan inflasi yang tak terkendali," ungkap ekonom senior Federated Hermes Silvia Dall'Angelo, seperti dikutip Bloomberg.

"Volatilitas di pasar obligasi kemungkinan akan berlanjut, didorong oleh ketidakjelasan reaksi The Fed," lanjutnya.

Di Asia, pasar saham masih didorong oleh antusiasme prospek Fed terhadap laju pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat, didorong oleh saham produsen mobil dan perbankan yang menguat.

Sementara itu, harga minyak mentah melemah menyusul kenaikan cadangan minyak AS yang mencapai 500 juta barel. Sementara itu, International Energy Agency mengatakan pasokan global berlimpah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper