Bisnis.com, JAKARTA – Emiten yang bergerak di bisnis tekstil dan garmen PT Sri Rejeki Isman Tbk. ingin bentuk ekosistem yang cocok antara industri dan perbankan syariah untuk mencapai visi nasional.
Menurut Direktur Utama Sri Rejeki Isman Iwan S. Lukminto mengatakan, untuk membesarkan industri kecil menengah (IKM) dan usaha kecil menengah (UKM) selama ini biasanya melalui bantuan korporasi.
Iwan mengungkapkan emiten dengan kode saham SRIL ini memiliki ide untuk menempatkan peran korporasi sebagai "bapak angkat" bagi IKM dan UKM, sementara perbankan syariah akan menggaetnya.
Menurutnya, kondisi ekonomi syariah Indonesia berbeda dengan negara di Timur Tengah yang telah menerapkan perekonomian atau khususnya perbankan syariah.
Negara-negara timur tengah ini menurut Iwan merupakan negara yang hanya berdagang. Bukan merupakan negara produsen. Berbeda dengan Indonesia.
"Tapi kita di Indonesia ini visi nasionalnya adalah produsen juga yang kemudian jika diturunkan ada IKM yang men-support dan UKM yang berjualan. Nah ekosistem ini yang harus kita bentuk bersama-sama," ungkap Iwan dalam webinar yang dilaksanakan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Jakarta, Rabu (17/3/2021).
Baca Juga
Dia berpendapat, saat ini UKM justru lebih banyak mengandalkan impor termasuk yang berbasis syariah seperti bahan untuk mukena, dan jilbab. Mereka belum mengandalkan industri dalam negeri apalagi IKM.
Padahal menurutnya, Indonesia sesuai dengan visi nasionalnya berpotensi untuk mengandalkan produksi dan penjualan dalam negeri. Sehingga uang yang dihasilkan berputar di dalam negeri saja tidak harus dibagi dengan luar.
"Sehingga uang ini harusnya muter di kita-kita saja, jangan impor," kata Iwan.
SRIL sendiri terus mengupayakan industri halal. Misalnya dengan pemakaian bahan baku seperti pemakaian kimia, telah disertifikasi. Sehingga masyarakat juga bisa menggunakan produk syariah.