Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pertambangan mineral, PT Timah Tbk., menyiapkan sejumlah strategi untuk memacu kinerjanya tahun ini, setelah merugi dua tahun berturut-turut.
Berdasarkan laporan keuangan, perseroan mencatatkan rugi tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp340,59 miliar pada 2020.
Jumlah itu menyusut 44,28 persen dibandingkan dengan rugi tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada 2019 sebesar Rp611,28 miliar.
Sementara itu, perseroan mencatatkan pendapatan sebesar Rp15,21 triliun, turun 21,33 persen dibandingkan dengan perolehan 2019 sebesar Rp19.34 triliun.
Direktur Keuangan Timah Wibisono mengatakan bahwa perseroan akan meningkatkan kontribusi tambang melalui laut pada tahun ini sebagai salah satu upaya untuk memulihkan kinerja keuangan perseroan setelah mencetak rugi bersih selama dua tahun berturut-turut.
Pasalnya, tambang laut dinilai lebih dapat dikontrol dan tidak memiliki penambang ilegal dibandingkan dengan tambang darat sehingga mengurangi ketidakpastian ketersediaan pasokan bijih timah bagi perseroan.
Baca Juga
Dia menjelaskan, ketidakpastian ketersedian pasokan bijih timah itu menjadi salah satu kendala pemulihan kinerja di tengah tren kenaikan harga timah global saat ini yang seharusnya menjadi katalis positif kinerja.
Ketidakpastian itu berasal dari dinamika penerbitan Rencana Kerja Anggaran dan Biaya (RKAB) pada akhir 2020 yang menyebabkan rencana akuisisi tambang oleh perseroan untuk mengamankan suplai bijih timah menjadi terkendala.
“Kami harapkan tambang laut dapat menambah kontribusinya menjadi 40 persen pada 2021, dibandingkan dengan tambang darat sekitar 60 persen,” ujar Wibisono saat paparan kinerja 2020, Senin (15/3/2021).
Adapun, pada 2020 kontribusi tambang laut sebesar 28,65 persen sedangkan tambang darat sebesar 71,35 persen.
Wibisono mengatakan bahwa perseroan akan terus berkomunikasi dengan penegak hukum terkait penertiban penambang ilegal dan tertib melakukan patroli di lahan tambang perseroan.
Sejalan dengan itu, perseroan juga akan meningkatkan utilitas tambang primer.
Di sisi lain, emiten berkode saham TINS itu menargetkan volume produksi cenderung konservatif pada 2021. TINS mematok panduan operasional tahun ini lebih rendah daripada 2020.
Target volume produksi bijih timah pada 2021 dipatok sebesar 30.000, produksi logam sebanyak 34.000 ton, dan penjualan timah sebesar 31.000 ton.
Sementara itu, pada 2020 TINS mencatatkan produksi bijih timah sebesar 39.757 ton atau turun sebesar 51,79 yoy, produksi logam timah turun 40,18 persen menjadi sebesar 45.698 ton, sedangkan penjualan logam timah turun 17,61 persen menjadi hanya sebesar 55.782 ton.
Untuk memacu kinerja, Wibisono juga mengatakan bahwa perseroan akan meningkatkan kontribusi segmen bisnis batu bara perseroan. Pada 2021, perseroan menargetkan produksi batu bara di kisaran 500.000 ton hingga 750.000 ton.
Untuk diketahui, hasil tambang batu bara milik TINS memiliki kalori sebesar 6.200 kcal.