Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan batu bara PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) tahun ini menargetkan penjualan 30,72 juta ton, rekor tertinggi sepanjang sejarah perusahaan.
Berdasarkan laporan tahunan 2020, PTBA mampu melampaui target penjualan hingga 5 persen. Awalnya, menargetkan penjualan 24,86 juta ton dan ternyata mencapai 26,12 juta ton.
Namun, karena situasi pandemi Covid-19 yang juga mempengaruhi bisnis batu bara, volume penjualan mengalami penurunan jika dibandingkan dengan 2019 yang mencapai 27,79 juta ton. Pencapaian penjualan pada 2019 pun merupakan capaian tertinggi setidaknya semenjak tahun 2016.
Jika tahun target penjualan sebesar 30,72 juta ton ini tercapai pada 2021, maka tahun ini akan menjadi rekor penjualan tertinggi PTBA. Target tersebut lebih tinggi 17,62 persen dibandingkan dengan tahun lalu, dan naik 10,54 persen dibandingkan dengan 2019.
Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengungkapkan optimisme peningkatan kinerja emiten berkode PTBA pada 2021, didorong dengan mulainya pemulihan ekonomi baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
"Dengan adanya vaksin saya yakin ekonomi pun akan mulai pulih sehingga ini berdampak terhadap permintaan batu bara baik di ekspor maupun domestik," ungkap Arviyan pada konferensi pers Bukit Asam, Jumat (12/3/2021).
Baca Juga
Membaiknya perekonomian pun mulai terlihat dari semakin baiknya harga batu bara semenjak September 2020 lalu yang dirasakan dari produksi batu bara hingga pertengahan Maret 2021 ini jelas Arviyan.
Berdasarkan laporan tahunan 2020 emiten itu, proyeksi harga batu bara pun cenderung naik sepanjang tahun 2021. Diketahui, harga rata-rata batu bara FOB Newscastle 6322 GAR berdasarkan globalCOAL pada 2020 adalah US$60,45/mt.
Sedangkan 2019 berada di rata-rata US$77,77/mt. Sementara untuk proyeksi 2021, harga rata-rata FOB Newscastle @6000kcal/kg NAR berada pada US$80,07/mt, berdasarkan data Wood Mackenzie.
Momentum meningkatnya harga batu bara, menurut Direktur Niaga Bukit Asam Adib Ubaidillah perlu dimanfaatkan selain bisnis dan industri batu bara yang mulai bangkit karena vaksinasi Covid-19.
"Disamping permintaan cukup tinggi, saya kira, kita harus memanfaatkan momentum kenaikan harga jual yang cukup baik dibandingkan dengan tahun lalu," kata Adib pada kesempatan yang sama.
Adib juga mengungkapkan pada tahun ini mulai bangkitnya industri batu bara tidak hanya dirasakan dari dalam maupun luar negeri. Di Indonesia, tahun ini mulai terjadi peningkatan pemakaian listrik yang merupakan sumber pemasukan terbesar PTBA.
Hal ini dikarenakan mayoritas pendapatan PTBA di domestik berasal dari penjualan batu bara ke PLN. Selain itu, Adib mengatakan permintaan batu bara dari luar negeri juga cukup tinggi.