Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PTBA Optimistis Harga Batu Bara Naik, Incar Penjualan 30 Juta Ton

Dalam publikasi laporan tahunan 2020, manajemen PTBA menuliskan perusahaan optimis untuk menghadapi tahun 2021 diantaranya dengan menetapkan target produksi dan penjualan masing-masing sebesar 29,52 juta ton dan 30,72 juta ton.
Angkutan batu bara berbasis rel di Sumatra Selatan./ptba.co.id
Angkutan batu bara berbasis rel di Sumatra Selatan./ptba.co.id

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten BUMN pertambangan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) menargetkan penjualan batu bara dapat menembus level 30 juta ton pada 2021.

Dalam publikasi laporan tahunan 2020, manajemen PTBA menuliskan perusahaan optimis untuk menghadapi tahun 2021 diantaranya dengan menetapkan target produksi dan penjualan masing-masing sebesar 29,52 juta ton dan 30,72 juta ton.

"Target produksi dan penjualan tersebut di atas target tahun 2020," paparnya dalam laporan, Jumat (12/3/2021).

Selain itu, PTBA masih terus fokus menggarap proyek hilirisasi, penyelesaian sejumlah proyek PLTU dan proyek angkutan batu bara dengan total alokasi dana belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun 2021 sebesar Rp3,84 Trilun. Alokasi capex tersebut lebih tinggi dibandingkan 2020 sebesar Rp2,77 triliun.

Menurut manajemen PTBA, estimasi Konsumsi Batu bara Domestik (DMO) tahun 2021 sesuai data Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) adalah sebesar 137,50 juta ton atau naik 4,17 persen dibandingkan estimasi DMO tahun 2020 (revisi Pandemi COVID-19).

Adapun, indeks harga batu bara yang telah mengalami kenaikan sejak kuartal/lV 2020, dan diproyeksikan oleh beberapa pihak akan terus mengalami penguatan. Oleh karena itu, PTBA berani mengambil target yang lebih tinggi pada 2021.

Sementara itu, pandemi COVID-19 menyebabkan permintaan batu bara pada 2020 mengalami penurunan akibat lockdown di berbagai belahan dunia atau pembatasan kegiatan perekonomian. Hal itu menurunkan kebutuhan akan listrik yang berdampak pada penurunan permintaan batu bara.

"Penurunan permintaan batu bara tersebut juga diiringi oleh tren penurunan harga batu bara yang dimulai sejak kuartal I/2020 dan berhasil rebound di kuartal/IV 2020," imbuh PTBA.

Meskipun menghadapi tantangan yang cukup berat di tahun 2020, tetapi PTBA tetap dapat mempertahankan kinerja yang baik. Produksi batu bara tahun 2020 terealisasi sebesar 24,84 juta ton atau turun dari sebelumnya sebesar 29,07 juta ton, dan sedikit dibawah target yang ditetapkan sesuai RKAP Perubahan Tahun 2020 sebesar 25,11 Juta ton.

Adapun, untuk penjualan di tahun 2020 terealisasi sebesar 26,12 juta ton atau turun dari tahun sebelumnya sebesar 27,79 juta ton. Pencapaian penjualan tersebut 5 persen melampaui target tahun 2020 sebesar 24,86 juta ton.

Dalam publikasi laporan keuangan 2020 di Harian Bisnis Indonesia, manajemen PTBA menyebutkan raihan pendapatan Rp17,32 triliun. Nilai itu menurun 20,48 persen year on year (yoy) dari Rp21,78 triliun pada 2019.

PTBA menekan beban pokok menjadi Rp12,76 triliun pada 2020, dibandingkan Rp14,17 triliun pada tahun sebelumnya. Namun, laba bruto masih menurun menuju Rp4,56 triliun dari sebelumnya Rp7,61 triliun.

Sementara itu, laba tahun berjalan yang dapat distribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp2,38 triliun. Raihan laba bersih itu turun 41,16 persen yoy dari Rp4,06 triliun pada 2019.

PTBA menggelontorkan arus kas bersih Rp4,08 triliun, naik dari sebelumnya Rp2,03 triliun. Arus kas paling banyak dipakai untuk dividen ke pemegang saham induk senilai Rp3,65 triliun pada 2020, berbeda sedikit dengan dividen pada 2019 sebesar Rp3,76 triliun.

Kas dan setara kas PTBA pada akhir 2020 mencapai Rp4,3 triliun. Nilai itu menurun dari Rp4,76 triliun pada akhir 2019.

Liabilitas anak usaha MIND ID atau Holding BUMN Tambang itu mencapai Rp7,12 triliun pada 2020, berkurang dari tahun sebelumnya Rp7,67 triliun. Liabilitas jangka pendek Rp3,87 triliun dan liabilitas jangka panjang Rp3,24 triliun.

Jumlah ekuitas PTBA pada 2020 mencapai Rp16,94 triliun, turun dari sebelumnya Rp18,42 triliun. Total aset PTBA pun mencapai Rp24,06 triliun, terkroeksi dari 2019 sejumlah Rp26,09 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper