Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan batu bara, PT Adaro Energy Tbk., akan tetap fokus pada efisiensi dan keunggulan operasional pada tahun ini seiring dengan masih adanya faktor ketidakpastian yang membayangi kinerja.
Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir memperkirakan pemulihan ekonomi global pada tahun ini akan membawa dampak positif terhadap industri secara keseluruhan sehingga akan menjadi peluang memperbaiki kinerja tahun lalu yang penuh dalam tekanan.
“Namun, kami akan tetap berhati-hati di tengah ketidakpastian yang ada. Kami tetap berfokus untuk meningkatkan keunggulan operasional, pengendalian biaya, dan efisiensi, serta melanjutkan eksekusi terhadap strategi demi kelangsungan bisnis,” ujar Garibaldi seperti dikutip dari keterangan resminya, Kamis (4/3/2021).
Berdasarkan laporan keuangan, emiten berkode saham ADRO itu mencatatkan pendapatan sebesar US$2,53 miliar pada 2020. Pencapaian itu turun 26,6 persen dibandingkan dengan realisasi 2019 sebesar US$3,45 miliar.
Sejalan dengan itu, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk ADRO menyusut 63,8 persen menjadi hanya sebesar US$146,9 juta dibandingkan dengan perolehan 2019 sebesar US$404,19 juta.
Kendati demikian, ADRO mencatatkan EBITDA operasional 2020 sebesar US$883 juta, lebih tinggi daripada panduan EBITDA operasionalnya yang telah direvisi menjadi di kisaran US$600 juta hingga US$800 juta.
Baca Juga
Adapun, kehati-hatian perseroan pada tahun ini juga tercermin dari panduan belanja modal perseroan pada 2021 di kisaran US$200 juta hingga US$300 juta, tidak berbeda daripada panduan belanja modal 2020. Dana tersebut direncanakan akan digunakan untuk pemeliharaan rutin dan memperkuat usaha pertumbuhan ADRO.
Sepanjang 2020 ADRO hanya menyerap belanja modal sebesar US$169 juta, lebih rendah daripada panduan belanja modal yang telah direvisi tahun lalu menjadi sebesar US$200 juta hingga US$300 juta. Lebih rinci, ADRO menggunakan belanja modal itu terutama digunakan untuk pembelian dan penggantian alat berat, dan pengembangan AMC.
Selain itu, ADRO menetapkan target produksi batu bara pada 2021 diperkirakan akan tetap sama atau sedikit menurun secara year-on-year (yoy), yaitu 52-54 juta ton.
Pada 2020, ADRO mencatat volume produksi menjadi 54,53 juta ton, lebih tinggi daripada panduan kinerja 2020 di kisaran 52 juta-54 juta ton tetapi turun 6 persen daripada perolehan 2019.
Selain itu, ADRO menjelaskan akan terus memperkuat dan menjaga posisi keuangan yang sehat. Pada 2020, total utang bersih sebesar US$167 juta, rasio utang bersih terhadap EBITDA operasional 12 bulan terakhir sebesar 0,19x, dan rasio utang bersih terhadap ekuitas 0,04x.
Saldo kas pada akhir 2020 tercatat sebesar US$1,17 miliar. Perusahaan juga memiliki akses terhadap US$153 juta dalam bentuk investasi lainnya dan US$380 juta dalam bentuk komitmen fasilitas utang yang belum dipakai, sehingga total likuiditas menjadi US$1.707 juta pada akhir 2020.