Bisnis.com, JAKARTA - Emiten petrokimia, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk., berhasil membukukan pertumbuhan laba bersih hingga triple digit pada 2020, kendati diterpa banyaknya tantangan bisnis akibat pandemi Covid-19.
Direktur Chandra Asri Petrochemical Suryandi mengatakan bahwa perseroan berhasil mencetak kinerja keuangan yang solid untuk sepanjang 2020 didukung oleh perbaikan kinerja pada paruh kedua tahun lalu.
Dia menjelaskan, pada kuartal IV/2020 perseroan membukukan EBITDA sebesar US$121 juta, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pos EBITDA pada kuartal-kuartal sebelumnya.
“Hasilnya, kami membukukan EBITDA sepanjang 2020 sebesar US$187 juta dan laba bersih setelah pajak sebesar US$52 juta, lebih dari dua kali lipat angka sepanjang 2019,” ujar Suryandi seperti dikutip dari keterangan resminya, Rabu (3/3/2021).
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, emiten berkode saham TPIA itu mencatatkan pendapatan US$1,8 miliar pada 2020. Pencapaian itu turun 3,93 persen dibandingkan dengan perolehan 2019 sebesar US$1,88 miliar.
Penurunan itu disebabkan oleh harga jual rata-rata yang lebih rendah di semua produk menjadi US$813 per ton dibandingkan dengan US$968 per ton pada 2019.
Padahal, volume penjualan TPIA naik 14 persen menjadi 2.222 kilo ton pada 2020 daripada perolehan 2019 sebesar 1.943 kilo ton. Adapun, peningkatan volume penjualan didukung oleh peningkatan skala kapasitas PE, PP, B1, dan MTBE yang sudah beroperasi.
Sejalan dengan itu, beban pokok pendapatan perseroan turun menjadi US$1,64 miliar pada 2020, sebagian besar disebabkan harga naphta yang lebih rendah menjadi US$414 per mt dibandingkan dengan rata-rata 2019 sebesar US$542 per mt.
Kendati pendapatan turun, TPIA berhasil mencetak laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar US$51,35 juta, melesat 124,4 persen daripada perolehan 2019 sebesar US$22,88 juta.
Pencapaian itu didukung oleh manfaat pajak sepanjang 2020 sebesar US$22,7 juta dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencatatkan beban pajak hingga US$15,12 juta.
“[Peningkatan laba bersih setelah pajak] sebagian besar disebabkan oleh manfaat pajak karena penyesuaian pajak yang lebih rendah ditambah dengan pencapaian program pengurangan biaya struktural perseroan, untuk memberikan kinerja yang lebih baik di lingkungan dengan kondisi pasar yang membaik,” jelas Suryandi.
Di sisi lain, Suryandi menjelaskan bahwa pemulihan permintaan bahan kimia meningkat pada kuartal IV/2020 seiring dengan ekonomi yang perlahan-lahan membaik dari lockdown. Adapun, rebound konsumsi yang kuat terutama berasal dari China dan Asia Timur Laut.
Dia pun yakin tren positif yang terjadi pada kuartal IV/2020 itu dapat berlanjut hingga 2021.
“Kami pruden, tetapi optimis akan ketahanan berkelanjutan dan pertumbuhan pada permintaan,” papar Suryandi.