Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hasil Lelang SUN 2 Maret, Pemerintah Kumpulkan Rp49,73 Triliun

Jumlah penawaran yang masuk pada hari ini merupakan yang terendah sepanjang penyelenggaraan lelang SUN pada 2021. Pada lelang sebelumnya, pemerintah menghimpun penawaran sebanyak Rp60,84 triliun.
Ilustrasi OBLIGASI. Bisnis/Abdullah Azzam
Ilustrasi OBLIGASI. Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Hasil lelang Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa (2/3/2021) menghasilkan penawaran sebesar Rp49,73 triliun.

Jumlah penawaran yang masuk pada hari ini merupakan yang terendah sepanjang penyelenggaraan lelang SUN pada 2021. Pada lelang sebelumnya, pemerintah menghimpun penawaran sebanyak Rp60,84 triliun.

Berdasarkan data dari laman Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, SUN seri terbaru FR0087 menjadi yang paling dicari investor dengan jumlah penawaran yang masuk sebesar Rp15,24 triliun. Seri akan jatuh tempo pada 15 Februari 2031 ini dimenangkan sebesar Rp4,25 triliun

Sementara itu, Seri FR0083 yang jatuh tempo pada 15 April 2040 menjadi SUN dengan jumlah peminat terbanyak kedua pada lelang hari ini. Dari penawaran sebesar Rp8,18 triliun, pemerintah memenangkan Rp5,75 triliun. Adapun, dari jumlah tersebut, pemerintah memenangkan Rp17 triliun.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan, rendahnya hasil lelang SUN tidak terlepas dari tekanan yang masih dialami oleh pasar surat utang Indonesia.

Tekanan tersebut utamanya berasal dari kenaikan yield obligasi AS atau US Treasury. Menguatnya imbal hasil US Treasury membuat para investor cenderung lebih memperhatikan pergerakan imbal hasil dari AS.

“Tren ini masih berada pada fasel-fase awal, sehingga akan lebih dicermati oleh para investor dalam beberapa waktu ke depan,” ujarnya saat dihubungi pada Selasa (2/3/2021).

Data dari laman World Government Bonds mencatat, tingkat imbal hasil obligasi Indonesia dengan tenor 10 tahun adalah sebesar 6,653 persen. Angka tersebut menunjukkan pelemahan sebesar 42,3 basis poin selama sebulan belakangan. Yield obligasi Indonesia sempat mencapai kisaran 6,718 pada 22 Februari lalu.

Kenaikan yield tersebut, lanjutnya, menandakan risiko pada pasar obligasi negara berkembang sedang naik. Dengan demikian, investor akan cenderung lebih berhati-hati dan lebih memilih menaruh uangnya di AS.

Meski demikian, Ramdhan menganggap catatan lelang kali ini masih cukup baik mengingat tekanan yang tengah dihadapi pasar Indonesia. Selain itu, rendahnya penyerapan lelang hari ini juga dinilai merupakan salah satu upaya pemerintah menjaga daya tarik pasar surat utang domestik.

Menurut Ramdhan, investor domestik masih menjadi penopang utama pada hasil lelang hari ini. Hal tersebut terlihat dari jumlah penawaran pada surat utang seri benchmark 10 tahun, FR0087, yang mencatatkan bid terbesar.

Seri

Jatuh Tempo

Penawaran Masuk

Jumlah Dimenangkan

Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan

SPN12210603

3 Juni 2021

Rp0,55 triliun

Rp0,55 triliun

3%

SPN12220203

3 Februari 2022

Rp3,05 triliun

Rp2,85 triliun

 3,24%

FR0086

15 April 2026

 

Rp12,498 triliun

Rp2,5 triliun

5,65%

 

FR0087

15 Februari 2031

Rp15,24 triliun

Rp4,25 triliun

6,54%

 

FR0088

15 Juni 2036

Rp5,61 triliun

 

Rp0,7 triliun

6,37%

 

FR0083

15 April 2040

Rp8,18 triliun

Rp5,75 triliun

7,22%

FR0089

15 Agustus 2051

Rp4,58 triliun

Rp0,4 triliun

6,89%

 

 Sumber: Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper